Mantan Mendag Sebut Kiat Cegah Resesi: Kelas Menengah Genjot Belanjakan Uangnya
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 13 Agustus 2020 18:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan salah satu cara mencegah resesi ekonomi adalah dengan meningkatkan konsumsi dan belanja. Hal ini bisa dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
“Masyarakat menengah ke atas kurang belanja karena dia takut keluar dari rumahnya. (Masyarakat) menengah ke atas membatasi,” kata Enggartiasto dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2020.
Masyarakat kelas menengah itu, menurut Enggartiasto, cenderung takut keluar rumah dan sengaja membatasi belanja untuk menjaga cadangan keuangannya. “Mereka juga menjaga cadangan keuangannya. Ini tercermin dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh positif di perbankan."
Selain itu, masyarakat kelas menengah ke atas juga cenderung menggunakan uang untuk membeli emas karena menganggap sebagai cadangan yang likuid dan terjamin. Persoalannya, jual beli emas ini tidak mendorong perputaran ekonomi. Padahal yang dibutuhkan, kata Enggartiasto, adalah masyarakat bisa terdorong mengeluarkan uang.
Ekonom dan Founder Center of Reform on Economic Indonesia Hendri Saparini menyatakan kontribusi konsumsi yang sebesar 58 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ternyata disokong oleh desil tertinggi. Porsi pengeluaran 40 persen penduduk terbawah hanya sekitar 17 persen, sedangkan 20 persen penduduk tertinggi adalah lebih dari 45 persen.
<!--more-->
“Kalau mereka tidak didorong dengan kebijakan maka itu menjadi berat. Kita berharap ada kebijakan untuk mendorong agar semua level rumah tangga dari desil 1 sampai 10 melakukan spending,” kata Hendri.
Oleh karena itu, Hendri berharap pemerintah dapat membuat kebijakan dan program-program yang mampu mendorong konsumsi seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar pertumbuhan ekonomi tidak terkontraksi. Pemerintah diharapkan bisa mempercepat penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat desil satu hingga empat.
“Mereka sudah ada penurunan daya beli. Harus ada lapangan kerja yang diciptakan sehingga multiplier efect-nya lebih besar,” ujar Hendri.
Tak hanya itu, pemerintah juga bisa memberikan paket bantuan yang berisi produk lokal buatan UMKM sehingga dana stimulus ekonomi dapat sekaligus mendukung produk dalam negeri. “Uang yang sangat mahal kita dapatkan dengan yield mendekati 7 persen kemudian tidak mendorong ekonomi ini sangat disayangkan,” kata Hendri.
ANTARA
Baca juga: Airlangga: Nasabah Deposito di Atas Rp 200 Juta Tak Belanjakan Uangnya