SMRC: 54 Persen Masyarakat Tak Setuju Anggapan Investasi Asing Positif bagi RI
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 10 Agustus 2020 04:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru soal persepsi masyarakat Indonesia mengenai investasi asing, utamanya saat pandemi ini.
Dalam survei tersebut menunjukkan, mayoritas warga Indonesia tidak setuju dengan pendapat bahwa kehadiran banyak pengusaha asing di Indonesia menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
"Sekitar 54 persen warga tidak setuju dengan anggapan kehadiran pengusaha asing membawa efek positif bagi perbaikan ekonomi sementara yang setuju hanya 37 persen," kata Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad dalam paparan virtualnya, Ahad, 9 Agustus 2020.
Adapun, survei ini dilakukan pada rentang waktu 29 Juli hingga 1 Agustus 2020 dengan mengambil sampel secara acak via telepon dengan melibatkan 1203 responden.
Menurut Saidiman, perbedaan cara pandang ini nampaknya berhubungan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, wilayah tempat tinggal, dan juga penilaian warga atas kondisi ekonomi saat ini.
<!--more-->
Untuk orang yang berpendidikan lebih tinggi, berpendapatan lebih tinggi dan tinggal di perkotaan, kata Saidiman, cenderung menganggap lebih positif kehadiran investasi asing bagi ekonomi Indonesia.
Hal itu berbanding terbalik jika dibandingkan mereka yang berpendidikan dan berpendapatan lebih rendah serta tinggal di pedesaan
“Demikian pula, warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional lebih baik akan cenderung memiliki penilaian lebih positif kehadiran investasi asing, dibandingkan warga yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga dan ekonomi nasional jauh lebih buruk,” ucapnya.
Temuan ini, menurut Saidiman, penting untuk diperhatikan pemerintah mengingat peningkatan investasi asing adalah salah satu strategi utama yang diperlukan untuk menggenjot ekonomi nasional. Oleh karenanya, sangat penting untuk memahami sikap masyarakat tentang investasi asing dalam hubungannya dengan perbaikan ekonomi nasional.
“Temuan survei nasional SMRC menunjukkan masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah untuk membangun sikap positif tersebut," tuturnya.
<!--more-->
Dalam pemaparannya, Saidiman menunjukkan ada perbedaan penilaian terhadap investasi asing di antara warga perkotaan dan pedesaan, demikian juga antar wilayah DKI Jakarta dan Banten dengan wilayah-wilayah lainnya. Sekitar 42 persen warga kota menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara hanya 32 persen warga pedesaan setuju dengan pendapat itu.
Pada DKI Jakarta ditambah Banten, 51 persen warga menganggap investasi asing membawa pengaruh positif. Sementara di Jawa Barat hanya 45 persen warga berpandangan sama. Lalu di Jawa Tengah, Jawa Timur dan provinsi lainnya, persentase warga yang setuju investasi asing membawa efek positif hanya berada di kisaran 30-35 persen.
Perbedaan cara pandang juga terlihat di antara warga berpendidikan rendah dan lebih tinggi, serta antara warga yang berpenghasilan rendah dan lebih tinggi.
Menurut Saidiman secara umum, survei ini menunjukkan warga yang berpendidikan tinggi, berpendapatan tinggi, dan tinggal di perkotaan memiiliki sikap lebih positif terhadap investasi asing. Ini nampaknya terkait dengan kepercayaan diri untuk berkompetisi dengan kehadiran perusahaan asing yang mungkin juga membawa kehadiran pekerja asing.
“Kalangan ini lebih siap untuk berkompetisi dan tidak takut berhadapan dengan tenaga kerja asing,” ujar Saidiman.
Untuk jangka panjang, kata Saidiman, Ini adalah pekerjaan rumah pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja dan pihak-pihak lain yang bertanggungjawab di bidang pengembangan sumberdaya manusia.
“Investasi di bidang pendidikan harus benar-benar dijalankan untuk memperkuat kualitas SDM nasional,” katanya.