Masa Pandemi, Airlangga Pastikan Program Biodiesel Jalan Terus
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 30 Juli 2020 18:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan pemerintah akan terus melanjutkan pengembangan biodiesel di dalam negeri. Pemerintah, kata dia, terus mendorong percepatan penerapan biodiesel.
"Banyak pihak menanyakan kelanjutan proyek strategis nasional biodiesel yang sudah berjalan 2 tahun secara baik dan pelaksanaanya dikebut di Indonesia," kata Airlangga dalam diskusi yang disiarkan CNBC Indonesia, Kamis, 30 Juli 2020.
Dia mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara produsen sawit terbesar di dunia punya posisi strategis dalam menentukan peta bisnis sawit global. Oleh karenanya, kata Airlangga, dalam pengelolaan sawit untuk bahan bakar akan bantu menekan ketergantungan impor BBM, dan otomatis akan menghemat penggunaan anggaran negara.
"September 2019, pemerintah sudah menerapkan B20 dan Januari 2020 B30. Dengan penyerapan kelapa sawit 9,6 juta kilo liter untuk penuhi kebutuhan B30," kata Airlangga.
Airlangga mengatakan selain pemerintah, asosiasi biofuel juga harus mempunyai komitmen termasuk Pertamina dan produsen migas lainnya guna mendukung program biodiesel. "Dan tak lupa untuk petani sawit dan stakeholder yang jumlahnya 17 juta yang gantungkan industri sawit ini harus bahu membahu proyek ni. Nggak cuma bermanfaat secara ekonomi tapi bermanfaat luas," katanya.
<!--more-->
Sebelumnya, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan implementasi Program Biodiesel 30 persen (B30) di sejumlah SPBU. Program ini akan mampu menyerap biodiesel dalam negeri sebesar 9,6 juta kiloliter pada tahun 2020.
"Program B30 pada tahun 2020 akan mampu menyerap biodiesel dalam negeri sebesar 9,6 juta kL sehingga akan mengurangi impor solar sebesar 3 juta kL," kata Agus, Kamis 5 Maret 2020.
Program yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 23 Desember 2019 ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang berhasil mengimplementasikan B30 dengan bahan baku utama bersumber dari kelapa sawit.
"Dan dapat meningkatkan nilai tambah CPO menjadi biodiesel sebesar Rp13,81 triliun, serta mengurangi emisi GRK sebesar 14,25 juta ton CO2 atau setara 52.010 bus kecil," ujarnya.
EKO WAHYUDI l ANTARA