Semester I 2020, Ekspor Mamin dan Logam Dasar Capai USD 24,6 M
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Rahma Tri
Jumat, 24 Juli 2020 17:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Industri makanan dan minuman (mamin) serta industri logam dasar masih memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor pada sektor manufaktur. Sepanjang semester I tahun 2020, keduanya mencatatkan nilai ekspor masing-masing sebesar US$ 13,73 miliar dan US$ 10,87 miliar.
“Industri makanan minuman merupakan salah satu sektor yang memiliki demand tinggi ketika pandemi Covid-19,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Kamis, 23 Juli 2020.
Agus mengungkapkan, industri makanan dan minuman (mamin) juga sebagai sektor usaha yang mendominasi di tanah air, terutama industri kecil menengah (IKM). Industri inilah yang menjadi tumpuan roda ekonomi nasional. Dia pun menargetkan, industri mamin akan mampu menjadi raja di wilayah Asia Tenggara.
Agus menyebut, sudah banyak produk makanan dan minuman asal Indonesia yang digemari konsumen mancanegara. Ia pun akan mendorongg perluasan pasar dan diversifikasi produk yang berorientasi ekspor.
<!--more-->
Sementara itu, kinerja yang dicatatkan oleh industri logam dasar menjadi bukti berjalannya kebijakan hilirisasi di sektor tersebut. “Artinya, dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam kita, hasilnya adalah penerimaan devisa dari ekspor. Selain itu, multiplier effect lainnya, aktivitas industri dapat menyerap tenaga kerja,” kata Agus.
Apalagi, industri logam dikategorikan sebagai mother of industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan produksi di sektor lain seperti industri otomotif, maritim, elektronik, dan sebagainya. Kontribusi ini yang membuat industri logam dasar dinilai berperan menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional.
“Kami sedang mendorong industri logam siap memasuki era industri 4.0 dengan menerapkan teknologi digital. Tujuannya agar bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Jadi, industri 4.0 bukan untuk mengurangi tenaga kerjanya, tetapi memacu added value manusianya,” ucap Agus.
Industri pengolahan non-migas masih konsisten menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada periode Januari-Juni tahun 2020, total nilai pengapalan untuk produk sektor manufaktur menembus US$ 60,76 miliar. Artinya, sektor ini menyumbang 79,52 persen dari keseluruhan angka ekspor nasional yang mencapai US$ 76,41 miliar.
EKO WAHYUDI