Singapura Resesi, Faisal Basri: Indonesia Insya Allah Tidak
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 18 Juli 2020 06:06 WIB
Dengan status negara transhipment itu pula, Singapura yang dua sisinya menurun, maka nettonya adalah nol. Tapi untuk kasus Singapura porsi impor dalam PDB – walaupun juga tinggi –lebih rendah dari porsi impor riil, yaitu 146 persen sehingga efek netonya negatif terhadap pertumbuhan.
Atas dasar ini, Faisal menilai Indonesia beruntung. Sebab, peranan ekspor barang dan jasa relatif rendah dan jauh lebih rendah dari Singapura, hanya 18,4 persen. Sementara itu, peranan impor hampir sama dengan peranan ekspor, yaitu 18,9 persen.
"Kebetulan juga impor merosot lebih dalam dari impor. Jadi kemerosotan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) justru positif buat pertumbuhan ekonomi," kata Faisal.
Ke depan, Faisal menyarankan Indonesia untuk bisa terus menggenjot belanja pemerintah dan menahan laju penurunan konsumsi rumah tangga agar terhindar dari krisis lebih dalam. Dua hal tersebut selama ini merupakan penopang utama perekonomian dengan sumbangan dalam PDB sebesar 57 persen. Sementara dari sisi investasi tidak bisa diandalkan karena dunia usaha fokus mempertahankan produksi yang ada.
Berbagai macam bantuan kepada masyarakat yang rentan dari dampak Covid-19 berupa bantuan langsung tunai, Program Keluarga Harapan (PKH) yang dinaikkan nilai bantuannya dan diperluas jumlah penerimanya juga harus diteruskan. Sejumlah paket bantuan ini yang akan sangat membantu menopang daya beli masyarakat.
Di akhir tulisannya Faisal optimistis bila Covid-19 bisa segera dijinakkan. Indonesia juga disebut berpeluang tidak mengalami resesi karena pertumbuhan kuartal III/2020 masih ada kemungkinan positif kembali. "Separah-parahnya tekanan yang bakal kita hadapi, agaknya resesi tidak akan sedalam Singapura dan beberapa negara tetangga," ucapnya.
BISNIS