Ditutup Menguat 0,3 Persen, IHSG Tetap Belum Tembus Level 5.000

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Senin, 6 Juli 2020 15:29 WIB

Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi yang terlemah dibandingkan dengan bursa saham di Asia hingga sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (17/3). Hingga pukul 12.00 WIB, IHSG atau Jakarta Composite Index menjadi yang terlemah dengan koreksi sebesar persen atau poin ke level 4.478,55. Kejatuhan ini menjadi yang terlemah sejak Januari 2016. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,3 persen atau 15,07 poin ke level 4.988,87 pada akhir perdagangan hari ini, Senin 6 Juli 2020. Sebelumnya, selama perdagangan sesi I dan II sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 4.793,49 - 5.009,34.

Dari Bursa Efek Indonesia (BEI), terpantau 226 saham menguat, 185 saham melemah, dan 158 saham lainnya stagnan.

Sementara itu, mayoritas bursa Asia menutup perdagangan di zona hijau seiring dengan harapan investor terhadap dukungan kebijakan ekonomi untuk melawan lonjakan kasus positif pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg, indeks Shanghai Composite mencatatkan kenaikan indeks saham terbesar di Asia hari ini dengan melonjak 5,8 persen ke 3.335,66. Bursa Hang Seng Hong Kong menyusul di belakang pasar Cina dengan kenaikan 3,79 persen di level 26.333,74. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan juga melanjutkan tren positif sejak pagi tadi dengan naik sebesar 1,65 persen ke 2.187,93. Bursa Topix Jepang turut menutup perdagangan secara positif, mencatatkan kenaikan 1,6 persen ke 1.577,15.

Sentimen yang mempengaruhi perdagangan saham hari ini adalah pemulihan ekonomi yang terancam karena kenaikan jumlah kasus positif pandemi virus corona. World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kasus positif tertinggi dalam sehari terjadi pada pekan lalu seiring dengan angka infeksi pandemi ini mencapai 11,3 juta secara global.

Advertising
Advertising

Goldman Sachs Group memperkirakan kontraksi perekonomian Amerika Serikat akan semakin melebar pada tahun ini. Mereka juga menyatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini tidak akan sekuat ekspektasi awal. Adapun pasar modal dunia saat ini telah naik 40 persen dari titik terendahnya pada Maret lalu.

Head of Investment Strategy di AMP Capital Investors Ltd., Shane Oliver menyatakan, pemulihan ekonomi dunia akan berjalan lebih lambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yang menyatakan rebound ekonomi akan membentuk pola deep V. Selain itu, kekhawatiran akan munculnya gelombang kedua lonjakan kasus positif virus corona juga akan berdampak pada keyakinan konsumen.

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

5 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

12 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

12 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

22 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

1 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya