TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini diprediksi bakal memiliki peluang bergerak bervariatif cenderung menguat dan diperdagangkan di kisaran 4.945-5.011. Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup menguat 7 poin atau 0,14 persen menjadi 4.973.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pemerintah Indonesia berusaha mengembalikan kegiatan ekonomi masyarakat yang menurun drastis akibat pandemi Covid-19.
"Di tengah demand shock yang terjadi beberapa waktu terakhir, mengakibatkan terhambatnya arus kegiatan perdagangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan dalam upaya memulihkan kembali ekonomi dalam negeri, pemerintah akan terus mengupayakan perbaikan dari sisi regulasi, tata kelola pemerintah, serta reformasi di sektor kesehatan," kata Nico dalam riset, Senin, 6 Juli 2020.
Selanjutnya, pemerintah kemungkinan akan mendorong pengeluaran ke depan agar pertumbuhan ekonomi tidak berada pada posisi negatif di akhir tahun ini, dan optimistis pertumbuhan ekonomi di tahun ini masih akan tumbuh positif di kisaran 0 persen -0,5 persen. Terlebih, kondisi ekonomi diprediksi akan membaik pada kuartal ketiga dan keempat mendatang.
Dalam laporan hariannya, Tim Riset MNC Sekuritas juga yakin IHSG akan menguji resistance berikutnya di 5.020. Akhir pekan lalu IHSG berhasil menembus level resistance terdekatnya di 4.977. Namun. pada penutupan IHSG melemah dan parkir di level 4.973.
Apabila indeks harga saham gabungan belum mampu ditutup menguat di atas 5.020, maka IHSG masih rawan terkoreksi. MNC Sekuritas mematok 4.862 sebagai level support IHSG. Sehingga, apabila IHSG menembus area tersebut, maka IHSG akan menguji support 4.712. “Tingkat support IHSG hari ini berada di 4.862 dan 4.712, serta level resistance di 5.020 dan 5.140," demikian kutipan laporan tersebut, Senin, 6 Juli 2020.
Sementara itu, mantan kepala Food & Drug Administration's (FDA) Dr. Scott Gottlieb mengatakan bahwa kemungkinan terburuk wabah Covid-19 akan berakhir pada bulan Januari tahun depan. Pasalnya saat itu baru diperkirakan bakal ada vaksin atau terciptanya kekebalan terhadap virus tersebut.
Beberapa perusahaan besar tengah bersiap untuk mulai melakukan investasi untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan apabila ternyata vaksin tersebut telah terbukti aman dan efektif pada manusia.
Amerika, Brasil, dan India terus mengalami lonjakan kasus baru, dan hal ini yang membuat sekuritas khawatir bahwa hal tersebut mampu menekan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung saat ini.
BISNIS