Sri Mulyani: Bantuan Pembiayaan Lembaga Multilateral Belum Cukup

Reporter

Antara

Rabu, 1 Juli 2020 22:15 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja APBN 2019 dan rencana kerja APBN tahun anggaran 2020. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai bantuan pembiayaan dari lembaga multilateral untuk berbagai negara berkembang belum cukup karena kebutuhan untuk menangani dampak pandemi Covid-19 lebih besar.

“Itu tidak memadai karena kalau dilihat lebih jauh, pembiayaan akan lebih besar dibanding apa yang telah disediakan oleh institusi multilateral. Jadi mereka harus bisa menggunakan yang lainnya,” kata Menkeu di Jakarta, Rabu, 1 Juli 2020, dalam diskusi virtual bersama Sekretaris Jenderal PBB.

Ia mengatakan bantuan yang belum memadai itu pada akhirnya memaksa berbagai negara berkembang dan berpendapatan rendah berlomba untuk menerbitkan surat utang di pasar global.

“Apakah itu mengeluarkan bond domestik atau global. Tapi sayangnya saat ini situasi keuangan global memiliki minat yang rendah,” ujarnya.

Di sisi lain, ia menyatakan ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 membuat ironi karena minat investor cenderung rendah terhadap obligasi tersebut.

Terlebih lagi, Sri Mulyani menuturkan kondisi semakin diperberat akibat sulitnya akses terhadap pembiayaan global dan harga tinggi yang harus dibayarkan kembali oleh negara penerbit obligasi.

“Bagi negara berpendapatan rendah dan negara berkembang saat mereka mengakses pembiayaan global maka mereka harus membayarnya dengan harga yang lebih tinggi,” katanya.

Oleh sebab itu, menurut dia, sulitnya akses serta tingginya harga bagi negara berkembang dan berpendapatan rendah menunjukkan adanya diskriminasi.

“Diskriminasi itu tidak sejalan dengan apa yang kalian sebut kesempatan yang sama untuk banyak negara agar bisa mengatasi permasalahan pandemi dengan cara yang sama. Jadi akses dan harga di sini menjadi hal yang kritikal,” katanya.

Sri Mulyani pun mengatakan negara berkembang dan berpendapatan rendah tetap harus mampu keluar dari tekanan pandemi Covid-19 dengan menjadikan krisis ini sebagai suatu bentuk langkah reformasi.

“Lalu bagaimana kita mengatasinya? Yang mana itu menyebabkan negara berkembang menderita karena keterbatasan akses dan tingginya harga. Saya pikir adalah menggunakan tekanan ini sebagai kesempatan untuk melakukan reformasi,” katanya.

ANTARA

Berita terkait

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

41 menit lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

1 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

11 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

23 jam lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

BTPN Syariah Laporkan Laba Bersih Rp 264 M pada Kuartal I 2024

1 hari lalu

BTPN Syariah Laporkan Laba Bersih Rp 264 M pada Kuartal I 2024

PT Bank BTPN Syariah Tbk. melaporkan laba bersih sebesar Rp 264 miliar pada kuartal I 2024 atau turun Rp 161 miliar yoy.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya