Risiko Kredit Perbankan Meningkat Jadi 14,8 Persen di Kuartal I

Rabu, 24 Juni 2020 16:57 WIB

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi bertajuk "Digital Transformation For Indonesian Economy: Finding The New Business Models" di Hotel Kempinski, Jakarta pada Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Norman Senjaya)

TEMPO.CO, Jakarta - Risiko kredit perbankan mulai meningkat pada April 2020 dengan penyumbang terbesar berasal dari kelompok bank besar.

Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Iman Gunadi mengatakan pada kuartal I/2020 credit at risk berada pada level 11,4 persen kemudian meningkat cukup tajam menjadi 14,8 persen pada April 2020. Peningkatan credit at risk perbankan tersebut disumbang oleh Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV yang berada di level 16,36 persen.

Sementara itu, pada periode yang sama, credit at risk bank BUKU I adalah sebesar 12,54 persen, BUKU II 11,92 persen, dan BUKU III sebesar 13,40 persen.

Adapun credit at risk adalah kredit dengan kolektibilitas 2,3, 4, dan 5 ditambah dengan restrukturisasi yang berada di kolektibilitas 1.

"Per April 2020 [credit at risk] meningkat menjadi 14,8 persen mendekati 15 persen. Kalau kita lihat peningkatan itu memang di drive oleh peningkatan credit at risk di bank besar dibandingkan Maret, pada bulan April meningkat cukup tajam," katanya, Selasa 23 Juni 2020.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, akibat Covid-19, risiko kredit dialami semua bank dan terjadi di setiap sektor. Risiko kredit terbesar disumbang oleh bank besar karena penyaluran kreditnya paling besar.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada kuartal I/2020, penyaluran kredit bank BUKU I adalah sebesar Rp38,281 triliun, BUKU II Rp554,813 triliun, BUKU III Rp1.792,141 triliun, dan BUKU IV Rp3.098,412 triliun.

Penyaluran kredit industri perbankan hingga kuartal I/2020 adalah sebesar Rp5.712,040 triliun. Artinya, porsi penyaluran kredit BUKU IV mencapai 54,24 persen dari total industri.

"Penyaluran kredit mayoritas didominasi bank besar, otomatis credit at risk juga didominasi bank BUKU IV, karena mengikuti porsi penyaluran kredit. Risiko kredit tidak mengenal bank dan dunia usaha," katanya kepada Bisnis, Rabu 24 Juni 2020.

Meskipun risiko kredit terbesar dialami bank BUKU IV, tidak serta merta akan membuat realisasi kredit bermasalah pada kelompok bank tersebut meningkat tajam. Pasalnya, apabila bank telah melakukan restrukturisasi, tekanan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (MPL) dapat dihindari.

Rasio NPL per April 2020 naik ke 2,89 persen. Sektor perdagangan besar dan pengolahan yang memiliki porsi 34 persen dari total kredit, mencatatkan NPL tertinggi

"Kalau dilakukan restrukturisasi otomatis tidak menjadi NPL, jadi belum tentu NPL BUKU IV akan paling besar. Jadi restrukturisasi merupakan hal yang tidak bisa dielakkan," sebutnya.

Piter pun meyakini, bank-bank besar akan tetap meningkatkan penyaluran kredit apabila pandemi Covid-19 telah berakhir. Di tengah pandemi Covid-19, bank akan menjaga risiko ketimbang mencari keuntungan. Setelah pandemi berakhir, bank baru akan mengejar keuntungan dengan menggenjot penyaluran kredit.

Per April 2020, kredit tetap tumbuh 5,73 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).

"Kondisi saat ini tidak bisa jadi rujukan, kalau kredit banyak risiko pasti banyak. Risiko banyak harus dilihat dari peluang mendapatkan keuntungan," sebutnya.

Berita terkait

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

6 jam lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

10 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

11 jam lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

1 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

1 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

2 hari lalu

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dengan memanfaatkan securities crowdfunding.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

2 hari lalu

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

Pada 2023 terdapat 1.196 kasus judi online dengan jumlah tersangka 1.967, sedangkan di 2024 per April terdapat 792 kasus dan 1.158 tersangka.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

3 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya