Alasan IHSG Sulit Bertahan di Level 5.000

Reporter

Bisnis.com

Minggu, 21 Juni 2020 06:29 WIB

Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan belum ada faktor pendorong yang bisa mengakselerasi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk tetap bertahan pada level 5.000. Menurutnya, dalam beberapa waktu ke depan pasar akan cenderung landai dengan bolak-balik menembus level 5.000.

"Jadi sebetulnya faktor pendorong untuk menembus level itu sampai saat ini belum ada. Pelaku pasar hanya didorong oleh ekspektasi dan harapan ekonomi akan membaik," katanya kepada Bisnis, Jumat, 19 Juni 2020.

IHSG kerap menguji level 5.000 belakangan ini, tetapi sulit untuk tetap bertahan pada level tersebut. IHSG mendarat dengan keras di zona hijau dengan kenaikan 1,27 persen dalam sepekan ini. Berbagai sentimen dari dalam dan luar negeri mewarnai pergerakan IHSG dalam periode 15-19 Juni 2020.

Pada perdagangan Jumat lalu, IHSG mencetak kenaikan 17,03 poin atau 0,35 persen dan bertengger di level 4.942,27. Kenaikan IHSG antara lain dipicu optimisme pelaku pasar terhadap prospek perekonomian setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate sebesar 25 basis poin.

Maximilianus mengatakan pemotongan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen belum tentu akan menjadi pendorong turbo bagi IHSG. Menurutnya, kebijakan itu harus diikuti oleh sektor perbankan yang menurunkan suku bunga kredit.

Oleh sebab itu dia berharap Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan atau Bursa Efek Indonesia memberikan langkah agresif untuk mendongkrak laju IHSG stabil di 5.000.

"Beberapa bank masih menerapkan suku bunga kredit dengan tingkat 2 digit. Selain itu, kami juga menunggu bauran kebijakan lainnya di luar pemangkasan suku bunga dan fiskal," katanya.

Maximilianus mengambil contoh The Fed yang ketika pasar memerah langsung memborong obligasi korporasi sehingga rebound. "Mungkin kita tidak bisa melakukan hal seperti itu, tapi pasar menunggu gebrakan lain dari Bank Indonesia dan pemerintah," katanya.

Saat ini, lanjutnya, ekonomi domestik ditentukan oleh daya beli. Di sisi lain, korban virus corona terus bertambah. Oleh sebab itu dia memperkirakan ekonomi akan terkoreksi karena pada akhirnya daya beli masyarakat juga akan berkurang.

Maximilianus menilai pasar akan menguji 5.150 dalam jangka pendek. Namun, selama variabel angka pasien korona masih tinggi dan tidak bisa ditekan, IHSG akan terus menguji level itu.

"Variabel pasien masih tinggi dan paparan belum bisa ditekan sehingga indeks akan terus naik turun di level 5.000," katanya.

Sementara itu, Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee menyebutkan IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 4.900 sampai 4.821 dan resistance di level 4.970 sampai 5.018.

"Investor masih memperhatikan gelombang kedua pandemi Covid-19. Peningkatan kasus di Amerika dan negara Afrika menimbulkan kekhawatiran Wave 2. Ketika ekonomi aktif kembali ternyata terjadi semakin banyak infeksi yang memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih," katanya.

Adapun dari dalam negeri, Hans mengatakan banyak sentimen positif di antaranya penurunan bunga acuan oleh BI dan pemberian rating overweight oleh Morgan Stanley. Namun dari eksternal, tensi geopolitik Asia yang memanas menjadi perhatian pelaku pasar.

Selain itu, konflik Korea Utara dan Korea Selatan serta India dan Cina menjadi perhatian pelaku pasar.

BISNIS

Berita terkait

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

13 jam lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

4 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya