Dampak Pandemi Bebani Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah

Minggu, 21 Juni 2020 07:35 WIB

Petugas bank melayani nasabah dengan mengenakan sarung tangan dari balik sekat transparan di Kantor Cabang Digital Bank Mandiri Syariah Thamrin, Jakarta, Rabu, 3 Juni 2020. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Industri perbankan syariah berupaya tetap tumbuh dengan menyalurkan pembiayaan di tengah pandemi Covid-19.

PT Bank BCA Syariah sampai dengan Mei 2020 masih mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 17,3 persen secara year-on-year (yoy) dengan rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) sebesar 0,72 persen (gross) dan 0,25 persen (nett).

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan, pembiayaan masih bertumbuh secara umum. Hal tersebut karena terdapat plafon pembiayaan yang sebelumnya telah disetujui tetapi belum ditarik. Pertumbuhan pembiayaan masih berada pada sektor perdagangan dan industri.


"Realisasi pembiayaan kebanyakan plafon yang sudah disetujui tetapi belum dipakai, kalau yang baru tinggal tanda tangan saja," katanya kepada Bisnis, Jumat 19 Juni 2020.

Selain plafon pembiayaan yang belum ditarik, ada juga pembiayaan baru yang disalurkan BCA Syariah. Terkait pembiayaan baru tersebut, bank tetap melakukan akad secara tatap muka meskipun kontak fisik dibatasi.

Khusus untuk pembiayaan baru, BCA Syariah menyalurkan ke sektor infrastruktur, perdagangan, dan industri terkait Kimia, farmasi, dan kertas.

Menurutnya, BCA Syariah tetap selektif dalam menyalurkan kredit di tengah pandemi sehingga mampu menjaga rasio NPF. Salah satunya dengan mengukur omzet perusahaan bersangkutan dengan tidak hanya melihat sektor terdampak atau tidak.

"Secara historis tetap terjaga dengan baik. Kami menerapkan strategi melalui proses inisiasi dan seleksi yang baik. Kami juga mempertahankan nasabah dengan sebaik-baiknya," katanya.

Secara terpisah,
Direktur Bisnis Ritel & Jaringan PT Bank BNI Syariah Iwan Abdi mengatakan pihaknya menyalurkan pembiayaan senilai Rp31,4 triliun hingga Mei 2020 dengan NPF sebesar 3,7 persen. Pertumbuhan pembiayaan pada Mei 2020 adalah sebesar 1,15 persen (yoy) atau minus 3,54 persen secara year-to-date (ytd). "Kami fokus menjaga kualitas pembiayaan," katanya.

Pemimpin Divisi Kesekretariatan dan Komunikasi Perusahaan BNI Syariah Bambang Sutrisno mengatakan saat ini pembiayaan perseroan tetap tumbuh meskipun sangat kecil. Hal itu karena kondisi pandemi Covid-19 membuat Bank melakukan asesmen risiko yang lebih ketat dengan cara memilih sektor-sektor yang masih aman.

<!--more-->


Dia mencontohkan, pembiayaan yang masih disalurkan misalnya KPR fixed income khusus ASN dan perusahaan-perusahaan yang tahan terhadap pandemi.

"Untuk NPF sebagaimana industri pasti mengalami tekanan. Namun masih dalam kisaran yang terkendali dengan pencadangan yang cukup," katanya.

Di lain pihak, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk. mencatatkan pertumbuhan yang stagnan setelah kuartal I/2020. Adapun, hingga kuartal I/2020, pembiayaan syariah yang disalurkan CIMB Niaga yakni senilai Rp34,478 triliun atau tumbuh 4,17 persen dibandingkan posisi akhir tahun (ytd).

Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan pihaknya sangat selektif dalam menyalurkan kredit dan lebih fokus pada restrukturisasi sehingga pertumbuhan pun cenderung stagnan.

Apalagi, selain bank yang menaikkan kriteria pembiayaan, saat ini demand pembiayaan juga menurun. Bank pun lebih fokus pada restrukturisasi yang jumlahnya cukup besar.

Menurutnya, pembiayaan memang masih disalurkan terutama di segmen konsumer, tetapi jumlahnya sangat kecil sehingga tidak begitu terlihat bertumbuh. Di satu sisi, banyak juga nasabah yang melunasi pinjamannya.

UUS Syariah CIMB Niaga pun memprediksi pertumbuhan pembiayaan baru akan terasa pada kuartal IV. Kalaupun terjadi pertumbuhan pada kuartal III, realisasinya dinilai akan sangat kecil.

"Saya belum tahu [proyeksi pertumbuhan hingga akhir tahun], RBB ke OJK juga belum diserahkan karena masih ada beberapa opsi. Kalau tanyanya habis Juni, mungkin saya bisa kasih jawaban lebih konkrit," katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi pertumbuhan perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan bank umum konvensional. Di tengah kondisi ekonomi terserang pandemi Covid-19, semua bisnis mengalami perlambatan, tidak terkecuali perbankan syariah.

Meskipun demikian, diakuinya, potensi pasar keuangan syariah dalam kondisi normal sangatlah besar, seperti menyalurkan pembiayaan pada bisnis halal. Hanya saja, hal tersebut selama ini tidak tergarap optimal. Pendekatan pengembangan bank syariah masih terlalu sempit.

"Yang jelas tetap saja akan menurun, bank syariah atau bank konvensional sama-sama akan turun," katanya.

Berita terkait

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

3 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Bukan di Arab, Ini Negara yang 100 Persen Penduduknya Muslim

3 hari lalu

Bukan di Arab, Ini Negara yang 100 Persen Penduduknya Muslim

Negara yang 100 persen penduduknya muslim ternyata bukan di Arab. Lokasinya ada sebelah selatan-barat daya India. Ini ulasannya.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BTPN Syariah Laporkan Laba Bersih Rp 264 M pada Kuartal I 2024

5 hari lalu

BTPN Syariah Laporkan Laba Bersih Rp 264 M pada Kuartal I 2024

PT Bank BTPN Syariah Tbk. melaporkan laba bersih sebesar Rp 264 miliar pada kuartal I 2024 atau turun Rp 161 miliar yoy.

Baca Selengkapnya

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut 315 Proyek Senilai Rp 17,8 Triliun Dibiayai Surat Berharga Syariah Negara

8 hari lalu

Ma'ruf Amin Sebut 315 Proyek Senilai Rp 17,8 Triliun Dibiayai Surat Berharga Syariah Negara

Ma'ruf Amin meminta agar KDEKS Jawa Barat mengambil peran untuk memperluas inklusi keuangan syariah.

Baca Selengkapnya

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

12 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

12 hari lalu

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Baca Selengkapnya