Utang Luar Negeri Tembus 5.652 Triliun, BI: Struktur Tetap Sehat
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 15 Juni 2020 16:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Data Bank Indonesia memperlihatkan utang luar negeri Indonesia per April 2020 mencapai US$ 400,2 miliar atau sekitar Rp 5.651,9 triliun (dengan kurs Rp 14.155,72 per dolar AS). Angka ini naik 2,9 persen year on year dipicu oleh peningkatan utang pemerintah.
Utang luar negeri ini terdiri atas utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 192,4 miliar atau sekitar Rp 2.723,6 triliun dan dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 207,8 miliar atau sekitar Rp 2.944,7 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, utang luar negeri atau ULN per April 2020 ini naik 0,6 persen ketimbang bulan sebelumnya. "Hal itu disebabkan oleh peningkatan utang publik," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Senin, 15 Juni 2020.
Onny menjelaskan utang luar negeri pemerintah tercatat senilai US$ 189,7 miliar atau sekitar Rp 2.684,2 triliun. Angka tersebut tumbuh 1,6 persen (yoy), berbalik dari kondisi bulan sebelumnya yang terkontraksi 3,6 persen (yoy).
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh arus modal masuk pada Surat Berharga Negara (SBN), dan penerbitan Global Bonds pemerintah sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pembiayaan. Termasuk di antaranya untuk penanganan wabah Covid-19.
Pengelolaan utang pemerintah ini, menurut Onny, juga dilakukan secara hati-hati dan akuntabel. "Untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah Covid-19 dan stimulus ekonomi," ucapnya.
Adapun, sektor prioritas tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,3 persen dari total utang luar negeri pemerintah), sektor konstruksi (16,4 persen), sektor jasa pendidikan (16,2 persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (12,8 persen), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,6 persen).
Sementara itu, tren perlambatan utang luar negeri swasta masih berlanjut. Utang luar negeri swasta pada akhir April 2020 tumbuh sebesar 4,2 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,7 persen (yoy).
"Perkembangan ini disebabkan oleh makin dalamnya kontraksi pertumbuhan utang luar negeri lembaga keuangan di tengah stabilnya pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan," ujar Onny.
Pada akhir April 2020, utang luar negeri lembaga keuangan terkontraksi 4,8 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya 2,4 persen (yoy). Sementara itu, utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan sedikit meningkat dari 7,0 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 7,3 persen (yoy) pada April 2020.
Beberapa sektor dengan pangsa utang luar negeri terbesar, yakni mencapai 77,4 persen dari total utang luar negeri swasta adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Secara umum Bank Indonesia melihat struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir April 2020 sebesar 36,5 persen, sedikit meningkat dibandingkan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 34,6 persen.
Di samping itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang dengan pangsa 88,9 persen dari total utang luar negeri. Dalam rangka menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat, Onny mengungkapkan Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang luar negeri, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
BISNIS