Antisipasi New Normal, Kementan Percepat Musim Tanam Pangan
Reporter
Larissa Huda
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 10 Juni 2020 03:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Krisis pangan diprediksi akan melanda banyak negara setelah pandemi berakhir. Hal itu disampaikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi pada Indonesia.
Bahkan, Syahrul mengatakan pemerintah juga harus mempersiapkan antisipasi kekeringan tahun ini. "BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) suda memperingatkan bahwa Mei-Juni akan masuk musim kering, kemudian musim hujan yang tersisa hanya akhir Mei dan awal Juni, dan berakhir Juli," tutur Syahrul dalam konferensi virtual, Selasa 9 Juni 2020.
Saat ini, Syahrul mengatakan kementerian tengah mengejar percepatan tanam pada musim hujan yang tersisa Juni-Juli. Setidaknya, Kementerian menargetkan bisa mengejar 5,6 juta hektare percepatan tanam padi pada musim tanam kedua tahun ini. Pemerintah juga akan mengembangkan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hekatre, yaitu dengan 85.456 hektare intensifikasi lahan rawa dan 79.142 hektare ekstensifikasi lahan untuk antisipasi kekeringan.
Pada musim tanam pertama --yaitu Januari-Juni, tersisa stok beras sebesar 7,49 juta ton. Untuk percepatan tanam padi sebesar 5,6 juta hektare diperkirakan akan menghasilkan beras minimal 12,5 juta ton. Selain itu, Syarul mengatakan kementerian juga akan meningkatkan areal tanam baru (PATB) untuk padi, jagung, bawang merah, dan cabai di daerah defisit. Strategi lainnya adalah diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, hingga pengembangan pertanian modern.
"Selain itu ada stimulus untuk petani yang masih digodok oleh pemerintah, antara lain Rp 300 ribu untuk 2,7 juta petani. Kami berharap mereka bisa beli bibit, pupuk, dan obat-obatan, untuk penguatan selama bertanam," ujar Syahrul.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan secara umum harga rata-rata nasional barang kebutuhan pokok per Senin lalu relatif stabil dibanding bulan lalu. Bahkan ada beberapa komoditas yang sudah turun harganya yaitu minyak goreng, tepung terigu, kedelai, telur ayam ras, cabe merah keriting, cabe merah besar, dan bawang putih.
“Secara umum, kondisi pasokan atau stok barang kebutuhan pokok cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Suhanto kepada Tempo.
Namun, kata Suhanto, masih ada beberapa komoditas yang harganya masih naik, yaitu bawang sebesar 17,28 persen menjadi Rp 57.700 per kilogram, daging ayam ras 28,8 persen menjadi Rp 38.000 per kilogram. Kenaikan ini, kata dia, cenderung mengarah pada keseimbangan dari sebelumnya yang harganya sempat jatuh sampai Rp24.000per kilogram dari harga acuan Rp35,000 per kilogram.