Inflasi Terendah Sejak 1978, BPS Sebut Dampak dari PSBB

Rabu, 3 Juni 2020 04:30 WIB

Pedagang menata telur di kiosnya di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa, 5 Mei 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08 persen yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi virus Corona. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan tingkat inflasi Mei 2020 yaitu hanya sebesar 0,07 persen (month to month) atau 2,19 persen (year on year). Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pergerakan inflasi kali ini tak biasa jika dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya, mengingat pada bulan tersebut terdapat momen ramadan dan idul fitri.

“Biasanya permintaan akan meningkat karena berbagai kebutuhan lebaran, namun tahun ini hal itu tidak terjadi,” ujar Suhariyanto, Selasa 2 Juni 2020.

Sebagai perbandingan, idul fitri 2019 yang jatuh di bulan Juni mencatatkan inflasi sebesar 0,55 persen (month to month) atau 3,28 persen (year on year). Dengan demikian, inflasi momen hari raya kali ini merupakan yang terendah sejak 1978. Menurut Suhariyanto, penyebab utama perlambatan inflasi adalah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat aktivitas perekonomian menurun tajam.

“Selain itu pendapatan masyarakat juga banyak mengalami penurunan karena terdampak pandemi Covid-19,” katanya.

Komponen yang memberikan andil terbesar kepada inflasi adalah kenaikan tarif angkutan udara, yaitu sebesar 0,08 persen. “Walaupun pemerintah mengimbau untuk tidak melakukan mudik masih ada penumpang yang melakukan perjalanan, tapi kalau dibandingkan dengan posisi lebaran tahun-tahun sebelumnya tetap saja ini sangat rendah,” ucap Suhariyanto.

Advertising
Advertising

Harga bahan pangan sebagian besar mengindikasikan deflasi atau penurunan harga, antara lain beras, telur ayam, bawang putih, dan cabai merah. Sedangkan, harga komoditas pangan yang cenderung naik antara lain adalah daging ayam sebesar 14,5 persen, daging sapi 0,9 persen, dan bawang merah 22,8 persen.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengamini ihwal minat konsumsi masyarakat yang terpukul sepanjang periode pandemi. “Masyarakat cenderung hanya mengonsumsi barang-barang pokok saja, restoran dan hotel banyak yang tutup, sehingga permintaan menjadi sangat terbatas,” ujarnya. Di sisi lain, pasokan barang relatif tersedia bahkan berlimpah, sehingga tak heran banyak komoditas yang akhirnya mengalami penurunan harga.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto menambahkan kelompok usaha perdagangan non bahan pokok juga mengalami kelesuan yang lebih dalam. “Karena dampak PSBB kegiatan belanja masyarakat saat lebaran sangat terbatas, sehingga penjualan pakaian jadi dan alas kaki tidak terlalu berpengaruh terhadap inflasi,” ucapnya.

Adapun komponen pakaian jadi dan alas kaki tercatat hanya mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, atau di bawah rata-rata periode lebaran tahun-tahun sebelumnya. “Bisa dikatakan situasi inflasi kali ini abnormal dan ini membuat pola inflasi ke depan menjadi sulit diprediksi,” kata Ryan.

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

3 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya