Urban Farming Diprediksi Sokong Kemandirian Pangan Pasca Corona

Reporter

Antara

Selasa, 28 April 2020 06:42 WIB

Urban farming bisa menjadi solusi perubahan iklim perkotaan. Kredit: Sigit Kusumawijaya

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai aktivitas pertanian di wilayah urban atau urban farming akan berperan penting dalam menyokong kemandirian pangan publik pasca pandemi virus corona Covid-19.

"Ke depan, pascapandemi Covid-19 ada satu pelajaran penting yakni berkaitan dengan pertanian urban atau urban farming, melakukan aktivitas pertanian secara mandiri dengan lahan yang kecil di perkotaan," kata Bhima dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa malam, 27 April 2020.

Menurut Bhima, urban farming merupakan upaya masyarakat perkotaan bisa memasok dan mempersiapkan kebutuhan pangannya sendiri dalam menghadapi kondisi seperti Covid-19.

"Melalui pemanfaatan lahan seadanya di sekitar rumah atau tempat tinggal, maka masyarakat bisa mandiri secara pangan," katanya.

Terkait apakah pandemi Covid-19 dapat memicu aktivitas deurbanisasi dengan masyarakat berbondong meninggalkan kota menuju desa, Bhima menilai hal tersebut hanya bersifat sementara mengingat banyak warga yang kehilangan pekerjaan di kota-kota besar.

"Ketika nanti perekonomian kembali pulih dan lapangan pekerjaan dibuka maka mereka yang sebelumnya pulang ke desa atau kampung halaman akan kembali ke kota-kota besar," ujarnya.

Namun, masalahnya belum diketahui sampai kapan pandemi ini akan berakhir.

Sebelumnya Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai.

Ia meminta negara-negara di dunia terus menemukan, mengisolasi, mengetes, dan merawat setiap kasus serta melacak setiap kontak untuk memastikan tren penurunan kasus Covid-19 berlangsung.

Menurut dia, WHO masih prihatin dengan terjadinya peningkatan kasus infeksi virus corona tipe baru di sejumlah negara di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara di Asia.

Banyak kasus yang tidak terlaporkan di wilayah tersebut disebabkan rendahnya kapasitas melakukan tes.

ANTARA

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

12 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

43 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

44 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

44 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

44 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

44 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

57 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

58 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

58 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya