Harga Minyak Dunia Kembali Menguat, Sementara atau Turun Lagi?

Sabtu, 25 April 2020 12:56 WIB

Petugas mengisi Premium ke tangki sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi, Pertamax, menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non-PSO Rp 9.800 per liter. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia tercatat naik pada perdagangan Jumat 24 April 2020. Kenaikan ini mengakhiri pekan dengan pergeseran harga drastis ketika kontrak AS terjun ke minus US$40 per barel.

Hal ini terjadi karena pengurangan produksi global tidak dapat mengimbangi jatuhnya permintaan, sejak awal Maret, sebesar 30 persen yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

Seperti dilansir melalui Bloomberg, harga minyak berjangka Brent menguat 0,5 persen menjadi US$21,44 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2,7 persen, mendekati US$16,94 per barel.

Di samping itu, minyak berjangka menandai kerugian untuk 3 pekan berturut-turut, dengan Brent turun sebesar 24 persen dan WTI turun sekitar 7 persen.

Stephen Brennock, analis di PVM Oil Associates, mengatakan bahwa hanya ada dua hal yang dapat menyelamatkan pasar dari penderitaan saat ini, yaitu pemulihan permintaan atau pengurangan pasokan tambahan.

Advertising
Advertising

"[Pergerakan yang] rusuh, tak menentu dan belum pernah terjadi sebelumnya akan menandai pekan bersejarah untuk pasar minyak," ujarnya, Sabtu 25 April 2020.

Dengan tidak ada indikasi yang jelas waktu permintaan akan pulih, pasar akan mengalami kemerosotan berkepanjangan yang akan membentuk kembali industri untuk tahun-tahun mendatang.

Keruntuhan harga minyak, menurut Bank Dunia, akan diikuti oleh pemulihan harga terlemah dalam sejarah.

Para pedagang memperkirakan permintaan akan terus berkurang hingga beberapa bulan ke depan karena gangguan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.

Produsen mungkin tidak akan memangkas keluaran secara langsung atau cukup dalam untuk mendorong harga, terutama ketika keluaran ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2 persen tahun ini, lebih buruk daripada krisis keuangan sebelumnya.

"Pemotongan produksi membantu sentimen. Butuh perjalanan panjang untuk menyeimbangkan pasar. Pedagang masih sangat khawatir tentang situasi penyimpanan pasokan," kata Andrew Lebow, mitra senior di Commodity Research Group.

Sebagai contoh, data dari Baker Hughes Co. pada Jumat kemarin, menunjukkan eksplorasi minyak di seluruh AS mengalami penurunan terbesar dalam 14 tahun terakhir dan dengan perusahan pengeboran menutup 60 anjungan migas (rig).

Ini merupakan penurunan aktivitas produksi selama 6 pekan berturut-turut dan menghentikan hampir setengah dari eksplorasi minyak Amerika.

Berita terkait

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

1 hari lalu

Pertamina Hulu Energi: Produksi Migas 1,04 Juta Barel per Hari Triwulan I-2024

Hingga Maret 2024, Pertamina Hulu Energi juga mencatatkan kinerja penyelesaian pengeboran tiga sumur eksplorasi.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

8 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

9 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

12 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

15 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

16 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

16 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

16 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya