Peneliti CSIS Menilai Utang Pilihan Tepat daripada BI Cetak Uang

Jumat, 24 April 2020 11:49 WIB

Pemerintah Diminta Waspadai Utang Swasta

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Ekonomi, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, menilai utang terbaru Indonesia sebesar US$ 1,5 miliar dari Asian Development Bank (ADB) merupakan pilihan yang tepat. Menurut dia, utang ini malah diperlukan agar Bank Indonesia (BI) tidak mencetak uang yang justru dapat memperparah keadaan.

“Selama masih bisa dari pasar atau OI (Obligasi Internasional) mendingan dari sana. Dan kita memang butuh untuk menambal defisit,” kata Yose saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 24 April 2020.

Sehari sebelumnya, ADB telah mengumumkan persetujuan utang US$ 1,5 miliar ini untuk mendukung upaya Indonesia menanggulangi Covid-19. “Covid-19 menyebabkan dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi yang sangat berat di Indonesia,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa melalui siaran pers Kamis 23 April 2020.

Advertising
Advertising

Asakawa mengharapkan, dukungan anggaran yang diberikan dapat membantu Indonesia untuk mengatasi tantangan pandemi dengan tetap fokus menguatkan kelompok miskin, dan rentan termasuk perempuan. Adapun utang ini berasal dari opsi respons pandemi Covid-19 oleh ADB untuk negara berkembang yang jumlahnya US$ 20 miliar.

Yose menambahkan, utang saat ini memang diperlukan karena banyak sekali peran yang harus diambil pemerintah. Mulai dari peningkatan fasilitas kesehatan, mengurangi dampak ekonomi dan sosial, hingga stimulus ekonomi.

Sementara itu, kata dia, Indonesia sebenarnya masih termasuk konservatif dengan hanya menaikkan anggaran 2,5 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang digunakan untuk Covid-19. Di negara lain, angkanya jauh lebih tinggi. 10 persen di Amerika Serikat dan 18 persen di Australia. “Jadi peningkatan utang adalah kewajaran untuk menutup defisit,” ujarnya.

Di sisi lain, jumlah US$ 1,5 miliar yang bisa didapatkan Indonesia ini dinilai cukup baik. Sebab, kata Yose, banyak negara berkembang yang masih kesulitan untuk mendapatkan utang.

Memang, ada konsekuensi ekonomi di baliknya. Defisit anggaran sebesar Rp 853 triliun yang dipatok pemerintah akan berkorelasi dengan defisit neraca berjalan. Akan menjadi masalah jika defisit neraca berjalan memicu depresiasi karena pasar melihat ini tidak favorable. Jika depresiasi tidak terkendali, krisis akan merembet ke berbagai aspek ekonomi lain, seperti pasar keuangan dan perbankan.

Sehingga dalam situasi ini, Yose meminta kebijakan moneter untuk terus dilakukan secara prudent. Inflasi dan likuiditas perbankan harus terjaga. Itu sebabnya juga, Yose menilai sebaiknya bukan BI yang memberi surat utang negara, meski kini telah diperbolehkan. “Agar kepercayaan pasar dapat terjaga,” kata dia.

Terakhir, Yose pun menilai masih ada alternatif lain yang bisa dijalankan untuk menutupi defisit, selain mencetak utang. Alternatif tersebut yaitu menunda berbagai proyek infrastruktur kurang penting. “Ini kelihatannya belum dijalankan secara optimal. Walaupun pelaksanaan berhenti, anggaran belum dialihkan,” kata dia.

FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

1 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

2 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

3 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Arsyadjuliandi Desak Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol

4 hari lalu

Arsyadjuliandi Desak Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol

Anggota Komisi II DPR RI, Arsyadjuliandi Rachman, mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan pembayaran lahan Tol Pekanbaru-Padang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

4 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

5 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

Sejumlah pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya ditargetkan rampung di tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

5 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

5 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Jalan Inpres di Gorontalo Senilai Rp 161 Miliar: Di Sini Ada Produksi Kelapa, Jagung..

6 hari lalu

Jokowi Resmikan Jalan Inpres di Gorontalo Senilai Rp 161 Miliar: Di Sini Ada Produksi Kelapa, Jagung..

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan pembangunan jalan daerah di Provinsi Gorontalo pada hari ini, Senin, 22 April 2024.

Baca Selengkapnya