Pandemi Corona, LPS Lakukan Penjaminan Penuh Bila Terjadi Krisis

Selasa, 7 April 2020 07:32 WIB

Logo baru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS Halim Alamsyah menyatakan pihaknya siap untuk melakukan penjaminan secara penuh dalam hal terjadinya krisis. Meski begitu, pertimbangan moral hazard harus menjadi pertimbangan utama saat langkah itu diambil.

Halim menjelaskan, soal penjaminan penuh itu didasarkan pada Undang-undang yang berlaku ditambah dengan peraturan perundang-undangan yang baru diterbitkan, yakni Perpu Nomor 1 Tahun 202.

Perpu itu mengatur tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Virus Corona. Beleid itu memberikan kewenangan untuk melakukan langkah ekstrim, termasuk penjaminan secara penuh.

Penjaminan secara penuh adalah peningkatan nilai sekaligus perluasan rekening termasuk dana non simpanan di perbankan. "Hal ini semacam garansi penuh dari LPS, tetapi memiliki efek samping moral hazard yang tinggi. Sehingga dibutuhkan ketelitian dan pengawasan yang ekstra ketat," kata Halim dalam rapat kerja virtual bersama dengan Komisi XI DPR, Senin, 6 April 2020.

Lebih jauh Halim menjelaskan sejak LPS beroperasi, lembaga tersebut telah melikuidasi 102 bank, salah satunya bank umum. Saat ini dengan kemampuan aset keuangan Rp 127 triliun, LPS diperkirakan mampu menyelesaikan permasalahan 1 bank besar, 1 bank menengah, dan 5 bank perkreditan rakyat dalam kondisi normal.

Advertising
Advertising

Namun, dalam kondisi krisis, menurut Halim, basis penyelesaian bank bermasalah tersebut dapat diperluas, dengan bantuan dana dari pemerintah dan atau penerbitan surat utang atas nama LPS. "Harusnya LPS bisa memupuk cadangan penjaminan hingga 2,5 persen dari PDB, kami baru 1,4 persen,” ujar Halim.

Halim mengklaim kepercayaan masyarakat masih tinggi di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Hal itu merupakan indikator positif bagi bank untuk dapat terus menjaga pertumbuhan dana pihak ketiganya.

Halim juga menyampaikan bahwa masyarakat tidak menunjukkan adanya tanda-tanda panik. Ketenangan masyarakat ini, disebut sinyal yang baik bagi bank untuk dapat terus menjaga likuiditasnya.

"Data sementara, pertumbuhan DPK per Maret masih normal, meski agak melambat. DPK masih tumbuh 6 persen dengan nilai Rp 6.195 triliun," kata Halim.

Dari pantauan LPS, kata Halim, suku bunga deposito bank masih terus menunjukkan penurunan seiring dengan dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesia. "Kondisi masih cukup normal hingga saat ini. Namun, kami memastikan bahwa kami terus memantau perkembangan ini. Kami berharap tidak terjadi hal-hal yang dapat memicu krisis. Kami pun sudah siap dengan berbagai instrumen kami," ucapnya.

BISNIS

Berita terkait

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

35 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

36 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

57 hari lalu

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

22 Negara Disebut Susah Ekspor Beras, Jokowi: Dulu Mudah

29 Februari 2024

22 Negara Disebut Susah Ekspor Beras, Jokowi: Dulu Mudah

Jokowi mengungkapkan dunia sedang mengalami krisis pangan, sehingga setiap negara berhati-hati untuk mengekspor beras.

Baca Selengkapnya

Krisis Makanan di Palestina, UNRWA: Pasokan Makanan Tidak Masuk ke Gaza utara Sebulan Terakhir

27 Februari 2024

Krisis Makanan di Palestina, UNRWA: Pasokan Makanan Tidak Masuk ke Gaza utara Sebulan Terakhir

Kelaparan mengintai Gaza, Palestina akibat krisis makanan, ketika badan-badan bantuan berjuang untuk mengirimkan makanan ke bagian utara, kata UNRWA

Baca Selengkapnya

Terkini: Usai Pilpres Harga Pangan Kompak Naik, Jokowi Kembali Bagi Bansos di Tengah Kelangkaan Beras

16 Februari 2024

Terkini: Usai Pilpres Harga Pangan Kompak Naik, Jokowi Kembali Bagi Bansos di Tengah Kelangkaan Beras

Harga komoditas bahan pangan semua mengalami kenaikan dua hari setelah pemilihan umum (Pemilu).

Baca Selengkapnya

JPMorgan Ingatkan Ekonomi Amerika Serikat Terancam karena Utang Bertambah Terus

29 Januari 2024

JPMorgan Ingatkan Ekonomi Amerika Serikat Terancam karena Utang Bertambah Terus

JPMorgan memperingatkan ekonomi Amerika Serikat berjalan menuju bencana karena utang negara yang terus bertambah.

Baca Selengkapnya

Catatan Akhir Tahun Koalisi Masyarakat: 9 Tahun Dipimpin Jokowi, Demokrasi Indonesia Semakin Krisis

29 Desember 2023

Catatan Akhir Tahun Koalisi Masyarakat: 9 Tahun Dipimpin Jokowi, Demokrasi Indonesia Semakin Krisis

Koalisi Masyarakat Sipil menyatakan demokrasi Indonesia di era pemerintahan Presiden Jokowi mengalami kemunduran serius.

Baca Selengkapnya

FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

16 Desember 2023

FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Misbah Hasan, mengungkap tiga krisis lingkungan yang mengancam masa depan bumi dan manusia (triple planetary crisis). Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

16 Desember 2023

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

Kementerian Kesehatan Singapura meminta warganya kembali menggunakan masker di tempat-tempat ramai seiring meningkatnya kasus COVID-19.

Baca Selengkapnya