Energi Terbarukan Murah, RI Didorong Beralih Dari Batu Bara

Selasa, 31 Maret 2020 08:30 WIB

Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan latar belakang menara Asmaulhusna di pondok pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Wali Barokah di Kota Kediri, Jawa Timur, 16 Mei 2019. Pondok pesantren tua yang didirikan pada tahun 1951 oleh KH Nur Hasan Al Ubaidah ini telah menjadi pondok pesantren modern dennen kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar di Indonesia. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Tempo.Co, Jakarta - Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya, menuturkan perlunya penambahan porsi energi terbarukan terutama pembangkit listrik tenaga surya, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2020-2029.

"Prediksinya pada 2025 harga solar panel akan lebih murah dari batu bara, jangan sampai paradoks, inginnya murah (menggunakan batu bara) malah jadi mahal dan memberi polusi bagi lingkungan, double ruginya," ujar dia dalam siaran langsung, Senin, 30 Maret 2020. Ia menyebutkan tren yang terjadi di dunia, khususnya Asean, negara-negara mulai beralih ke energi bersih.

Berdasarkan data yang Berly miliki, diperkirakan harga panel surya memang terus merosot setiap tahunnya. Kendati, pada saat ini, biaya listrik dari panel surya memang terhitung lebih mahal daripada batu bara.

Dari grafik tersebut, tampak pada 2025 harga pemasangan panel surya akan lebih murah dari batu bara yang harganya cenderung stagnan. Pada 2025, diperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk listrik dari panel surya adalah di kisaran US$ 50-an per megawatt per jam. Sementara, biaya dari batu bara adalah sekitar US$ 70-an per megawatt per jam.

"Kalau bisa kita bisa tahan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga uap yang belum jadi, ditunda, dan dialihkan ke solar panel dan wind yang potensinya luar biasa," tutur Berly.

Ia mengatakan Indonesia memang perlu menambah produksi dan pasokan listriknya, khususnya di luar Jawa. Sebab, saat ini pemerintah merencanakan Tanah Air berkembang ke arah industri dan teknologi digital. "Saat ini konsumsi listrik per kapita kita lebih rendah dibanding Malaysia dan Thailand."

Peneliti Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari mengungkapkan hal serupa. Adila mendukung Indonesia untuk mengalihkan sumber listriknya dari energi fosil batu bara ke energi baru dan terbarukan. Di samping itu, ia mengatakan pemerintah perlu meninjau kembali megaproyek 35.000 megawatt. "Asumsi yang digunakan itu terlalu ambisius," tutur Adila.

Misalnya saja, kata Adila, rencana itu dirancang dengan mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 7,1 persen per tahun. Padahal, realisasinya rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 5 persen. Berikutnya, asumsi pertumbuhan kebutuhan listrik 8,7 persen padahal realisasinya hanya 4,4 persen.

Dengan asumsi yang meleset itu, Adila mehatakan hingga Februari lalu pembangkit yang sudah beroperasi dari megaproyek itu hanya 19 persen. Pemerintah pun memutuskan untuk menuda penyelesaian proyek itu hingga 2028. Terkait komposisi pembangkit, pada 2019 tercatat bahwa bauran energi masih didominasi oleh batu bara sebesar 63,1 persen, gas 21,3 persen. Energi baru terbarukan 11,5 persen, dan bahan bakar minyak 4 persen.

Ia mengatakan komposisi itu mesti diubah dengan mengedepankan energi baru dan terbarukan. Pasalnya, berdasarkan RUPTL 2019-2028, pemerintah berencana menambah PLTU baru dengan kapasitas 27 ribu megawatt. Padahal, saat ini kapasitas PLTU yang eksisting sudah sebesar 28 ribu megawatt. Adapun reserve margin di pulau Jawa-Bali pada tahun 2018 mencapai 30 persen.

"Pembangunan PLTU dengan masa operasi 40 tahun bisa mengunci kesempatan bagi energi baru dan terbarukan untuk berkembang di Indonesia," kata Adila.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan, kementeriannya tengah menyiapkan paket kebijakan baru untuk menentukan tarif baru energi terbarukan. Paket tarif baru ini dimaksudkan untuk mendorong investor menanam modalnya untuk mengembangkan sumber energi terbarukan.

“Tahun ini kita akan dorong pemanfaatan sumber energi terbarukan. Antara lain, kita siapkan tarif-tarif baru yang akan memberikan daya tarik tersendiri dengan kebijakan yang lebih menarik untuk investor,” kata dia, selepas mengisi kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu, 4 Maret 2020.

Berita terkait

PHE Menjamin Kesetaraan Perempuan dalam Menjaga Ketahanan Energi

7 hari lalu

PHE Menjamin Kesetaraan Perempuan dalam Menjaga Ketahanan Energi

Berdasarkan data yang ada, PHE sebagai Subholding Upstream memiliki jumlah Pekerja perempuan sebanyak 1.749 orang dengan persentase rata-rata pekerja perempuan yang menjabat di tataran manajerial adalah sebesar 13 persen.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

12 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

14 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Tony Blair Temui Jokowi, Bahas Rencana Investasi Energi di IKN

16 hari lalu

Tony Blair Temui Jokowi, Bahas Rencana Investasi Energi di IKN

Jokowi dan Tony Blair mengadakan pertemuan di Istana Kepresidenan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pertamina Terjunkan 326 Kapal, Kawal Distribusi Energi selama Ramadan dan Idul Fitri

39 hari lalu

Pertamina Terjunkan 326 Kapal, Kawal Distribusi Energi selama Ramadan dan Idul Fitri

Pertamina membentuk satgas pengawalan energi.

Baca Selengkapnya

Energi Terbarukan dari PLTS Bikin Terminal Jatijajar Depok Hemat Listrik PLN 40 Persen

39 hari lalu

Energi Terbarukan dari PLTS Bikin Terminal Jatijajar Depok Hemat Listrik PLN 40 Persen

Terminal Bus Jatijajar Kota Depok menyatakan telah sejak Januari lalu memanfaatkan teknologi pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS.

Baca Selengkapnya

8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

39 hari lalu

8 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Membeli Kulkas

Berikut deretan hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk membeli kulkas.

Baca Selengkapnya

Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda di Forum CERAWeek

41 hari lalu

Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda di Forum CERAWeek

PT Pertamina (Persero) melangkah maju dengan strategi pertumbuhan ganda untuk mempertahankan kebutuhan energi nasional.

Baca Selengkapnya

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

43 hari lalu

FT: AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

Amerika Serikat mendesak Ukraina untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia.

Baca Selengkapnya