Menteri BUMN Erick Thohir mendengarkan paparan dari Direktur Utama IHC Dr. Fatheema Djan Rachmat (kanan) bersama Direktur SDM Pertamina Koeshartanto (kiri) dan Dokter Spesialis Paru RS Pertamina Jaya Dr. Ni Nyoman Priantini (kedua kiri) saat melakukan kunjungan kerja ke Rumah Sakit (RS) Pertamina Jaya di Jakarta, Rabu 11 Maret 2020. Kunjungan kerja tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan RS Pertamina Jaya sebagai RS Khusus Penanganan COVID-19. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir meminta perusahaan pelat merah menerbitkan obligasi tambahan untuk membantu moneter di tengah pandemi virus corona. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu memperkuat cadangan devisa.
"Tapi obligasi ini dari perusahaan BUMN yang ratingnya bagus, seperti BRI dan Mandiri," ujar Erick dalam siaran langsungnya pada Jumat, 20 Maret 2020.
Erick menjelaskan bahwa obligasi ini masih dalam tahap pengusulan, termasuk jumlah yang akan diterbitkan. Kementerian juga tengah menunggu waktu yang tepat dengan memperhitungkan kondisi pasar.
Selain menerbitkan obliasi, Erick memerintahkan enam perusahaan untuk melakukan buyback atau pembelian saham kembali. Perusahaan yang dimaksud adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Pertamina, PT BA, Telkom, dan Jasa Marga.
Adapun anggaran yang disiapkan untuk buyback saham itu mencapai Rp 1 triliun. "Tapi bujet ini tidak untuk pembelian saham dalam sehari," ucapnya. Erick memastikan buyback saham akan dilakukan secara bertahap untuk menjaga stabilitas pasar modal.
Erick mengakui perusahaan BUMN saat ini mengalami kondisi yang berat. Emiten bahkan dihadapkan dengan kondisi keuangan yang tidak likuid.
Namun, ia optimistis, dengan menjaga daya beli, perkonomia, serta moneterefek pandemi corona bisa cepat berlalu. "Saya harus jujur, kalau meraih deviden lebih baik atau mempertahankannya penuh tantangan dalam kondisi saat ini. Mungkin saja tak tercapai. Tapi saya yakin kita akan cepat recover," kata Erick.