Sudah Turun 4,42 Persen, IHSG Diprediksi Masih Akan Melemah
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Selasa, 17 Maret 2020 09:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan terus melemah meskipun pada perdagangan Senin 16 Maret 2020 kemarin telah terkoreksi sebesar 4,42 persen.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan, secara teknikal IHSG akan bergerak di kisaran 4.611 sampai dengan 4.838 pada perdagangan hari ini, Selasa 17 Maret 2020.
Menurut Nico, sejak kemarin pelaku pasar tengah menanti apakah stimulus yang diberikan The Federal Reserve mampu menekan kepanikan pasar. Adapun stimulus itu yaitu penurunan suku bunga dan kucuran dana US$ 700 miliar di pasar obligasi. Selanjutnya, apakah stimulus dari The Fed mampu untuk menghindari resesi yang berpotensi terjadi di Amerika.
“Kami berharap bahwa meskipun resesi terjadi, namun diharapkan hal tersebut terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tidak berubah menjadi depresi ekonomi,” tulisnya dalam riset harian yang dikutip Bisnis, Selasa.
<!--more-->
Seperti The Fed, bank sentral negara lain pun turut ambil sikap, seperti Selandia Baru yang memangkas suku bunga acuan 75 basis poin. Begitu juga dengan Korea Selatan yang memotong bunga acuan 50 bps. Adapun Jepang memutuskan tidak akan menurunkan suku bunga.
Secara terpisah, Director PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan saat ini IHSG masih berpotensi tertekan, dengan proyeksi pergerakan pada rentang 4.498 – 4.734.
Menurut dia, momentum koreksi dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah hingga jangka panjang. “IHSG terlihat memiliki potensi melemah pada hari ini,” tulisnya dalam riset harian yang dikutip Bisnis, Selasa.
Adapun beberapa saham yang direkomendasikan adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), PT XL Axiata Tbk. (EXCL), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
BISNIS