Corona Meluas, Biro Travel Mulai Efisiensi Pangkas Jumlah Pegawai
Reporter
Vindry Florentin
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 6 Maret 2020 13:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pembatalan penerbangan akibat penyebaran virus corona memukul bisnis biro perjalanan. Industri perhotelan turut terdampak dengan anjloknya tingkat okupansi tempat penginapan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan kehadiran virus corona menurunkan minat masyarakat untuk melancong. Imbasnya, jasa yang ditawarkan biro perjalanan mulai dari penjualan tiket hingga paket wisata tak terjual. Di awal pekan ini saja Astindo mencatat terdapat pembatalan kunjungan sejumlah perusahaan besar ke beberapa destinasi wisata dengan jumlah peserta lebih dari 3.000 orang.
Kondisi ini membuat pemasukan perusahaan sejak Januari akhir hingga Februari berkurang drastis. Pauline mengatakan sejumlah pengusaha sampai harus mengurangi jumlah karyawan. "Jumlahnya sedang kami survey karena keputusannya baru 1 Maret lalu," katanya kepada Tempo, Kamis . Saat ini Astindo memiliki sekitar 7.000 anggota terdaftar.
Pauline mengaku para pengusaha membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk tetap bertahan. Insentif berupa pemotongan pajak, penurunan bunga kredit bank, hingga penurunan tarif dasar listrik dinilai sangat mendesak. Kebijakan ini menurut dia telah diterapkan di negara tetangga yang juga terdampak virus corona seperti Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. "Saat ini anggota kami masih harus dibebani biaya operasional seperti sewa kantor, bunga bank, gaji karyawan, pajak, listrik, telepon, dan sebagainya," ujar dia.
Insentif tersebut dinilai lebih efektif ketimbang bantuan untuk pemasaran seperti yang direncanakan pemerintah. Pauline mengatakan kegiatan promosi tak bisa langsung membuahkan hasil. Selain itu, harga paket perjalanan semurah apapun dianggap belum dapat membangkitkan minat orang untuk bepergian.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansjah berharap pemerintah tak memberikan insentif terbatas pada 10 destinasi wisata utama. Pasalnya saat ini dampaknya telah terasa di seluruh daerah. Dia juga berharap insentif dapat diberikan setidaknya selama enam bulan mulai bulan ini yang termasuk masa low season.
Budi menuturkan penurunan kunjungan wisata akibat penyebaran virus corona membuat sejumlah anggotanya mengurangi aktivitas usaha. "Beberapa ada yang mulai mengurangi jam kerja dan cuti tanpa dibayar," katanya. Perusahaan mulai melakukan efisiensi.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan industri perhotelan pun turut babak belur. Penurunan okupansi di sekitar 6.000 hotel di seluruh Indonesia mencapai sekitar 50 persen sejak awal tahun hingga saat ini.
<!--more-->
Maulana mengatakan pengusaha masih sempat optimistis menghadapi penurunan kunjungan turis asing pada awal tahun lalu. Mereka bertumpu pada pasar wisatawan domestik yang mencapai 270 juta tahun lalu. Namun berita mengenai masuknya virus corona ke Indonesia membuat turis domestik khawatir dan menunda perjalanan wisata. Tingkat pembatalan pemesanan kamar melonjak setidaknya dalam tiga hari terakhir.
Hingga Februari okupansi hotel di daerah favorit turis Cina seperti Bali, Batam, Bintan, dan Manado mengalami penurunan rata-rata sekitar 30-40 persen. "Tapi sekarang penurunan okupansi juga terjadi di daerah lain, termasuk Jakarta," kata Maulana.
Ketua PHRI DKI Jakarta Krishandi mengamini dampak virus corona tersebut. “Mestinya, Maret ini mulai growing (okupansi) dan bulan depan okupansi bisa 50 persen, tapi dengan kejadian ini (corona), 40 persen (okupansi) saja berat,” keluhnya. Pasalnya pemerintah DKI menangguhkan sejumlah izin permohonan keramaian seperti konser musik pada pada bulan ini. Padahal, pada bulan ini sudah ada sejumlah agenda konser musik yang bakal digelar di Ibu Kota.
GANGSAR PARIKESIT | CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN