Virus Corona Tak Terbendung, Rupiah Makin Mendekati Level 14.000
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Selasa, 25 Februari 2020 10:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran virus corona yang tak kunjung terbendung telah menyeret rupiah kembali melemah pada perdagangan pagi ini, Selasa 25 Februari 2020. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah bergerak mendekati level Rp 14.000, yakni Rp 13.893 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah ini melemah 21 poin atau 0,15 persen dibanding level penutupan perdagangan Senin. Kemarin, nilai tukar rupiah berakhir di level Rp 13.872 per dolar AS dengan depresiasi tajam 112 poin atau 0,81 persen, pelemahan hari kelima berturut-turut sejak perdagangan 18 Februari.
Sebelum melanjutkan pelemahannya, nilai tukar rupiah di pasar spot sempat rebound dengan dibuka terapresiasi tipis 4 poin atau 0,03 persen di level Rp13.868 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak fluktuatif di level 13.868 – 13.896.
Ahli Strategi Makro DBS Bank di Singapura Chang Wei Liang mengatakan, saat ini investor semakin menjauhi aset berisiko seperti rupiah. Mengingat, penyebaran virus corona (Covid-19) meluas ke daerah di luar Cina. Sentimen tersebut pun memicu arus keluar dari dalam negeri sehingga membebani rupiah.
Terakhir, virus corona telah sampai ke Korea Selatan dan menjadikannya negara paling terinfeksi di luar Cina. Akibatnya, indeks kepercayaan konsumen Korea Selatan anjlok paling dalam sejak lima tahun terakhir karena wabah ini menyebar dengan cepat di negara itu dan menumpulkan momentum menuju pemulihan ekonomi.
“Selain itu, penurunan suku bunga Bank Indonesia pada pekan lalu juga mempersempit perbedaan suku bunga, sehingga menempatkan rupiah pada posisi yang lebih rentan untuk melemah,” terang Chang Wi Liang, seperti dikutip dari Bloomberg.
<!--more-->
Sebagai informasi, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 19-20 Januari 2020 yang dimaksudkan untuk mengakomodasi tekanan pelemahan pertumbuhan akibat ketidakpastian global.
“Rupiah diperikirakan bergerak di kisaran Rp 13.800 per dolar AS hingga Rp 14.000 per dolar AS jika aksi hindar risiko oleh investor terus berlanjut,” tambah Chang.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsyah mengatakan pihaknya telah melakukan intervensi melalui pasar DNDF seiring dengan adanya aliran arus keluar dari obligasi. “Ini lebih karena keluarnya investor terhadap aset pasar berkembang dan Bank Indonesia mengambil tindakan berani untuk membeli obligasi,” ujar Nanang.
Ahli Strategi Scotiabank Singapura Qi Gao mengatakan bahwa mata uang di kawasan Asia diprediksi masih tetap bergerak dalam tekanan pada satu hingga dua pekan ke depan di tengah penyebaran virus corona yang semakin meluas.
Munculnya pusat-pusat baru infeksi virus corona di luar Cina memicu kekhawatiran wabah ini bisa menjadi pandemi global sehingga mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran pasar atas potensi melemahnya ekonomi. “Penghindaran risiko akan berlanjut untuk sementara waktu dan merusak mata uang pasar berkembang di Asia,” ujar Qi Gao seperti dikutip dari Bloomberg, Senin kemarin.
BISNIS