Virus Corona Mereda, Harga Minyak Mentah Naik ke Level USD 55,79

Kamis, 13 Februari 2020 07:17 WIB

Kilang Minyak di kota Angarsk, Rusia. [themoscowtimes.com]

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB tercatat naik lebih dari tiga persen. Kenaikan harga komoditas emas hitam itu terjadi usai Cina melaporkan jumlah terendah harian kasus Virus Corona baru sejak akhir Januari 2020.

Laporan Cina itu kemudian memicu investor berharap bahwa permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu mulai pulih. Reuters menyebutkan harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$ 1,78 atau 3,3 persen menjadi US$ 55,79 per barel.

Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret ditutup US$ 1,23 atau 2,5 persen lebih tinggi menjadi US$ 51,17 per barel. Angka-angka itu tercatat tertinggi untuk kedua kontrak berjangka sejak Januari.

Sebelumnya Amerika Serikat melaporkan persediaan mingguan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan karena diimbangi oleh penurunan stok bahan bakar. Badan Informasi Energi AS (EIA) menyebutkan persediaan minyak mentah AS naik 7,5 juta barel pekan lalu, ketimbang ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan tiga juta barel.

John Kilduff, seorang mitra di Again Capital di New York, berpendapat hal itu menunjukkan permintaan bensin mulai rebound. "Dan penarikan moderat dalam bahan bakar sulingan membantu mengimbangi bearish, mengangkat minyak mentah," ucapnya.

Advertising
Advertising

Menurut data hingga Selasa lalu, 12 Februari 2020, tingkat pertumbuhan kasus Virus Corona baru di Cina telah melambat ke level terendah sejak 30 Januari. Namun, para pakar internasional tetap berhati-hati dalam meramalkan kapan wabah akan berakhir.

"Laporan dari Cina menunjukkan pengurangan jumlah kasus virus baru yang memaksa akumulasi tambahan di berbagai kelas aset hari ini," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois. Hal ini tergambar dalam sebuah laporan yang memperlihatkan saham energi meningkat di tertinggi baru di pasar saham.

Pembatasan perjalanan ke dan dari Cina dan karantina juga telah mengurangi penggunaan bahan bakar. Dua kilang terbesar Cina sudah berencana mengurangi pemrosesan sekitar 940.000 barel per hari (bph) sebagai akibat dari penurunan konsumsi, atau sekitar tujuh persen dari proses pengolahan tahun 2019 mereka.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pun memangkas perkiraan pertumbuhan global dalam permintaan minyak karena Virus Corona sebesar 230 ribu barel per hari. Angka itu berdasarkan penilaian yang cukup moderat dibandingkan dengan prediksi lainnya.

ANTARA

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

13 jam lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

13 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

15 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

22 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

23 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

29 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

30 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

30 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

31 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

34 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Dunia Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar AS

Analis menyebut harga minyak alami kenaikan akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya