Virus Corona Masih Bayangi Pelemahan IHSG Pekan Depan
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 8 Februari 2020 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi pekan depan pasar modal kembali tertekan akibat sentimen virus corona. Hal itu karena, dikabarkan jumlah korban meninggal akibat wabah corona di Cina sebanyak 636 orang dan angka orang yang terkena infeksi sebanyak 31.161 orang.
"Pasar mulai khawatir dampak kerusakan ekonomi akibat wabah virus corona," kata Hans dalam keterangan tertulis, Sabtu, 8 Februari 2020.
Negara yang berhubungan perdagangan besar dengan Cina, kata dia, pasti terganggu ekonominya. Hal itu akibat karantina yang menganggu rantai pasokan global akibat banyak pabrik Cina tutup.
Juga beberapa impor barang dari Cina mengalami gangguan pasokan akibat liburnya para pekerja. "Pasar akan mencermati perkiraan dampak virus korona terhadap perekonomian Cina dan global," ujarnya.
Dari kawasan Eropa, kata Hans, fokus pasar selain virus corona adalah perundingan perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa. Kedua belah pihak menetapkan posisi negosiasi yang berbeda pada hubungan di masa mendatang, menyiapkan kemungkinan hambatan dalam pembicaraan perdagangan, serta beberapa area di mana kompromi dapat dilakukan.
"Sejak Brexit dimulai di mana Inggris keluar dari UE pada pukul 11 malam Jumat pekan lalu dan sekarang Inggris memulai periode transisi 11 bulan. Kedua belah pihak berharap bisa mencapai kesepakatan perdagangan dalam periode yang relatif pendek," kata dia.
Negosiasi, dia perkirakan terlihat akan sulit setelah Menteri Luar Negeri Inggris, akhir pekan lalu, mengatakan Inggris tidak akan mengikuti aturan Uni Eropa dalam setiap perjanjian perdagangan pasca-Brexit. Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar memperingatkan kedua belah pihak untuk tidak membuat garis merah yang kaku menjelang perundingan.
<!--more-->
"Negosiasi ini akan cukup sulit menemukan kesepakatan karena proses brexit terkesan dipaksakan dan berlangsung sangat cepat. Konsekuensi yang terjadi adalah peluang perlambatan ekonomi kawasa Eropa dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.
Kendati begitu, kata dia, pekan ini juga diwarnai berita positif di mana Cina mengumumkan akan mengurangi setengah tarif impor Amerika Serikat senilai US$ 75 miliar. Kementerian Keuangan Cina melakukan pemotongan untuk membalas keputusan Amerika bulan lalu yang juga melakukan pengurangan setengah tarif produk-produk Cina senilai US$ 120 miliar.
Menurutnya, tarif beberapa barang AS akan dipotong dari 10 persen menjadi 5 persen, dan dari 5 persen menjadi 2,5 persen. Hal ini akan mulai berlaku efektif pada 14 Februari. Keputusan itu dibuat sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase pertama antara Cina dan AS.
"Kesepakatan itu positif bagi pasar karena mengurangi kekawatiran dampak perang dagang AS-China yang menekan pertumbuhan global. Presiden Donald Trump mengatakan perjanjian fase kedua akan tercapai di kemudian hari. Hal ini akan menjadi perhatian pasar setelah wabah virus corona berlalu," kata dia.
HENDARTYO HANGGI