Krakatau Steel Hentikan Operasi Pabrik Blast Furnace

Kamis, 30 Januari 2020 12:45 WIB

Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim dalam konferensi pers terkait operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi di Gedung Krakatau Steel, Jakarta, Ahad, 24 Maret 2019. TEMPO/Rosseno Aji

TEMPO.CO, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memutuskan untuk menghentikan operasional pabrik peleburan tanur tinggi atau blast furnace sejak 5 Desember 2019. Pabrik tersebut tak mampu menghasilkan baja dengan harga bersaing. "Biaya operasinya terlalu tinggi," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim kepada Tempo, Rabu 29 Januari 2020.

Silmy menuturkan blast furnace dirancang dengan estimasi harga gas senilai US$ 4,5 per MMBTU. Namun kini harga gas industri melonjak di kisaran US$ 8,5-9 per MMBTU. Dia menyatakan, produk pabrik ini tetap tak bisa kompetitif meski Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi yang mematok harga gas untuk industri sebesar US$ 6 per MMBTU berjalan.

Menurut Silmy, pabrik yang digadang-gadang mampu menghasilkan 1,2 juta ton metal panas per tahun ini baru bisa efisien jika tak lagi menggunakan gas. Artinya, perusahaan perlu membangun fasilitas baru. Dia mengaku sedang mencari investor untuk menyuntikkan dana pembangunan. "Kami upayakan tahun ini," kata dia.

Keuangan Krakatau Steel masih belum memungkinkan untuk investasi. Pada 12 Januari lalu, emiten berkode KRAS ini baru saja menandatangani kesepakatan restrukturasi utang senilai US$ 2 miliar dengan 10 bank pemberi pinjaman. Kesepakatan tersebut mengurangi beban bunga dan kewajiban pembayaran pokok utang perusahaan yang tak menumpuk sejak sekitar delapan tahun lalu.

Dari restrukturasi itu perusahaan dapat memperpanjangan pembayaran utang hingga 2027. Dampaknya, total beban bunga berkurang dari US$ 847 juta menjadi US$ 466 juta. Perseroan juga menghemat beban keuangan sebesar US$ 522 juta dan optimalisasi operasional perseroan hingga US$ 163 juta.

Silmy menyatakan utang besar perusahaan salah satunya berasal dari pembangunan blast furnace. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu atas Pengelolaan Beban Pokok Pendapatan dan Investasi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Tahun Buku 2015 dan 2016 dari Badan Pemeriksa Keuangan, nilai investasi pabrik peleburan baja ini membengkak akibat keterlambatan penyelesaian proyek.

Nilai investasi awal pembangunan pabrik tersebut hanya US$ 674 juta namun meningkat menjadi US$ 682 juta. Akibat keterlambatan selama sebelas bulan, KRAS kehilangan potensi penghematan biaya produksi sebesar US$ 96,7 juta. Perusahaan juga terbebani pinjaman Rp 683 miliar.

Atas dugaan pemborosan tersebut, BPK merekomendasikan agar pembangunan pabrik itu dihentikan. Saran yang sama disuarakan Komisaris Independen Krakatau Steel Roy Maningkas. Dia menjelaskan bahwa proyek blast furnace sudah terlambat 72 bulan dan merugikan perusahaan. Dia mencatat harga pokok produksi yang dihasilkan lebih mahal US$ 82 per ton jika dibandingkan dengan harga pasar.

Roy beberapa kali menyampaikan surat kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara terkait potensi kerugian negara tersebut. Namun menurut dia, tak ada respons positif dari pemerintah. Dia pun mengajukan surat berisi dissenting opinion terkait proyek blast furnace sekaligus mengajukan pengunduran dirinya sebagai komisaris independen pada Selasa 23 Juli 2019.

Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto menyatakan proyek tersebut sudah bermasalah sejak awal. Dia menilai perlu ada audit operasional dan finansial untuk menemukan akar masalah yang utama serta menentukan rekomendasi untuk injeksi modal pembangunan pabrik ke depan agar lebih efisien. "Mengharapkan injeksi Penanaman Modal Negara cukup berat sehingga lebih baik KRAS mulai mencari investor strategis untuk menghidupkan kembali proyek tersebut," ujarnya.

DIAZ PRASONGKO | VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

37 hari lalu

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Terkini: Gaji dan Tunjangan Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, Janji Prabowo tentang BBM Dikritik

27 November 2023

Terkini: Gaji dan Tunjangan Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, Janji Prabowo tentang BBM Dikritik

Berita terkini: Gaji dan tunjangan Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, janji Prabowo tentang BBM dikritik.

Baca Selengkapnya

Gabung TKN Prabowo-Gibran, Presiden Komisaris Krakatau Pipe Industries Anggawira Mundur

27 November 2023

Gabung TKN Prabowo-Gibran, Presiden Komisaris Krakatau Pipe Industries Anggawira Mundur

Presiden Komisaris PT Krakatau Pipe Industries (KPI) Anggawira mengundurkan diri dari jabatannya untuk bergabung dengan TKN Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini: Maukah Sri Mulyani Lunasi Utang Rp 16 T ke Bulog hingga Penumpang Whoosh Gratis Akses Wisata

7 November 2023

Terkini: Maukah Sri Mulyani Lunasi Utang Rp 16 T ke Bulog hingga Penumpang Whoosh Gratis Akses Wisata

Berita terkini Selasa siang 7 November 2023 dimulai dari Sri Mulyani Indrawati menanggapi permintaan Jokowi agar segera melunasi utang ke Perum Bulog.

Baca Selengkapnya

Kebutuhan Baja untuk Pembangunan IKN 9,5 Juta Ton, IISIA Sebut Produksi Lokal Masih Cukup

7 November 2023

Kebutuhan Baja untuk Pembangunan IKN 9,5 Juta Ton, IISIA Sebut Produksi Lokal Masih Cukup

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KRAS, Purwono Widodo, mengatakan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) membutuhkan total 9,5 juta ton baja hingga pembangunan tahap akhir.

Baca Selengkapnya

Permintaan Meningkat 17,9 Juta Ton, Impor Baja RI Tembus 14 Persen

6 November 2023

Permintaan Meningkat 17,9 Juta Ton, Impor Baja RI Tembus 14 Persen

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KRAS, Purwono Widodo, mengungkap permintaan baja Indonesia meningkat menjadi 17,9 ton pada 2023.

Baca Selengkapnya

Industri Baja RI Disebut sebagai Sektor yang Menarik untuk Investasi, karena...

6 November 2023

Industri Baja RI Disebut sebagai Sektor yang Menarik untuk Investasi, karena...

Secara jangka panjang, ASEAN terutama Indonesia, masih menjadi wilayah yang menarik untuk investasi di industri baja.

Baca Selengkapnya

10 Direksi BUMN Pernah Jadi Tersangka Korupsi, Ada Kasus Pengadaan hingga Kegiatan Fiktif

25 September 2023

10 Direksi BUMN Pernah Jadi Tersangka Korupsi, Ada Kasus Pengadaan hingga Kegiatan Fiktif

Kasus korupsi dapat menjerat siapa saja, termasuk jajaran direksi BUMN, salah satunya Dirut Pertamina. Lalu, siapa sajakah direksi BUMN yang pernah jadi tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

9 Kasus Karyawan BUMN dan PNS Diduga Terlibat Jaringan Terorisme, Teranyar Pegawai PT KAI

17 Agustus 2023

9 Kasus Karyawan BUMN dan PNS Diduga Terlibat Jaringan Terorisme, Teranyar Pegawai PT KAI

Tak hanya dari kalangan warga sipil, pegawai di pemerintahan, baik PNS maupun karyawan BUMN, tercatat ada yang terlibat terorisme. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Krakatau Steel Ekspor 30.000 Ton Baja ke Italia, Zulhas: Bagian Tren Positif Perdagangan Surplus USD 12,54 M

29 April 2023

Krakatau Steel Ekspor 30.000 Ton Baja ke Italia, Zulhas: Bagian Tren Positif Perdagangan Surplus USD 12,54 M

Krakatau Steel mengekspor sebanyak 30.000 ton baja jenis HRC menggunakan kapal MV Auzonia menuju konsumen Marcegaglia Steel Carbon SPA di Italia.

Baca Selengkapnya