Sentimen Virus Corona Bebani Pasar Keuangan Domestik

Kamis, 30 Januari 2020 12:30 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Perluasan infeksi virus Corona berdampak pada goyahnya daya tahan pasar keuangan domestik. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual berujar Corona dipandang investor sebagai sentimen negatif, mengingat virus ini berpusat di Cina, poros ekonomi terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat.

“Ini dikhawatirkan berpengaruh kepada perdagangan dunia, anjloknya harga komoditas, bahkan perlambatan ekonomi global,” ujar dia kepada Tempo, Rabu 29 Januari 2020.

Kekhawatiran investor itu tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan terakhir yang diwarnai pelemahan hingga 125,11 poin, meski kemarin telah naik tipis ke level 6.113,04. David mengatakan pergerakan pasar saham ke depan belum sepenuhnya aman dan patut dicermati seiring perkembangan wabah Corona yang hingga kemarin telah menjalar ke 16 negara.

“Investor sementara akan melihat dulu bagaimana update penyebarannya, berapa lama, berapa banyak korbannya, maka harus tetap waspada karena investor tidak suka ketidakpastian,” katanya.

David melanjutkan pelemahan terhadap sejumlah sektor saham juga perlu diwaspadai, khususnya sektor pertambangan, industri dasar, konstruksi, dan transportasi. “Tapi tetap ada juga sektor-sektor yang diuntungkan misalnya kesehatan, farmasi, consumer, dan telekomunikasi.” Adapun pada perdagangan kemarin, bursa mencatat 210 saham mengalami penurunan, 198 naik, dan 133 saham tak bergerak.

Advertising
Advertising

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan sentimen Corona masih akan kencang membayangi, khususnya selama periode libur Tahun Baru Imlek di Cina yang diperpanjang hingga 2 Februari 2020. “IHSG tetap berpeluang menguat namun terbatas, dengan level support 6.218 – 6.200, dan resistance di level 6.256 – 6.312,” ucapnya.

Kondisi yang tak jauh beda juga dialami nilai tukar rupiah. Penguatan kurs sempat terhenti, walau kemarin telah berbalik menguat di pasar spot ke level Rp 13.634 per US$. “Penguatan ini dikarenakan koreksi pasar sudah terlalu besar, jadi ada sedikitt rebound,” kata Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim berujar kekhawatiran meningkat jika persoalan Corona berkepanjangan, sebab diproyeksikan dapat berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina hingga ke level 4,5 persen dari saat ini sebesar 6 persen. “Ini akan merembes ke Indonesia karena Indonesia salah satu negara eksportir terbesar ke Cina, kerja sama perdagangan juga banyak,” kata dia. “Ini bisa berpengaruh ke rupiah, bahkan dampak ketidakpastiannya bisa melebihi perang dagang.”

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Widjaja Kamdani menambahkan kinerja negatif ini tak hanya terjadi di pasar keuangan Indonesia, namun juga negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Ameika Serikat.

“Reaksi negatif investor terhadap berlanjutnya wabah ini seperti yang terjadi pada wabah SARS di 2002-2003 lalu,” ujarnya. Terlebih, kemunculan Corona bertepatan dengan momentum pemulihan ekonomi global. “Padahal seharusnya sudah bisa meningkat karena penandatanganan perjanjian dagang Cina dan AS.”


LARISSA HUDA

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

17 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

3 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

6 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

7 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

7 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

7 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya