Sri Mulyani: Virus Corona Bakal Perlambat Pertumbuhan Cina

Selasa, 28 Januari 2020 11:49 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019. Rapat kerja tersebut membahas pengesahan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Bea Materai dan BPJS Kesehatan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina turun di bawah 6 persen dengan merebaknya Virus Corona di Negeri Tirai Bambu tersebut. Munculnya virus tersebut diperkirakan memperburuk pertumbuhan ekonomi yang saat ini sudah menurun.

"Corona virus ini akan memengaruhi semua elemen di Cina. Kalau lihat SARS dulu, ini akan terkadi dalam satu kuartal dan akan memengaruhi kuartal satu dan dua di Cina," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.

Menurut Sri Mulyani, Virus Corona menimbulkan pesimisme yang menggulung perekonomian pada Januari ini. Virus yang menyebabkan gangguan pernafasan itu, menurutnya, membuat Cina kehilangan momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.

"Dengan adanya Virus Corona dan kebijakan locked down, maka seluruh potensi pertumbuhan Cina dari faktor domestik tidak terealisasi, kehilangan momentum sama sekali," tutur Sri Mulyani.

Biasanya, kata dia, Tahun Baru Cina menjadi momentum Cina untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui faktor domestik, yakni konsumsi. Apalagi pada tahun ini Cina juga memperpanjang libur hingga awal Februari. "Ini menggambarkan bahwa risiko sangat tidak terprediksi dan volatile."

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, wabah Virus Corona yang meluas di Wuhan sepekan terakhir, bakal berdampak pada perekonomian Cina. Namun sebenarnya, tanpa virus corona pun, ekonomi Negara Tirai Bambu itu diprediksi akan terus melambat pada tahun mendatang.

"Cina itu memang ekpektasinya ke depan memang terus turunwalaupun pertumbuhannya tahun lalu itu cukup baik 6,1 persen. In line dengan ekspektasi global, memang ekspektasi ke depan itu Cina akan terus turun," kata dia di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin, 27 Januari 2020.

Andry memprediksi, pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun 2020 akan mengalami penurunan pada kisaran di bawah 6 persen. Sehingga ia berharap, negara Xi Jinping ini harus bisa menangani Virus Corona dalam waktu dekat, agar perekonomian tidak semakin anjlok. "Dan kalau cepat tertangani, menurut saya enggak berdampak signifikan terhadap outlook globalnya sendiri, terutama regionalnya."

Secara global, kata Andry, tahun ini banyak negara raksasa seperti Cina dan Amerika yang memangkas target pertumbuhan ekonominya. Hal itu menandakan bahwa ada tantangan cukup besar yang sedang menanti, sehingga dipastikan akan berdampak bagi negara-negara berkembang.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

13 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

14 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

15 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

18 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

21 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

22 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya