Dibayangi Sentimen Negatif, IHSG Diprediksi Menguat Terbatas Pekan Depan

Reporter

Caesar Akbar

Minggu, 26 Januari 2020 13:56 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG akan menguat terbatas pada pekan depan. Hal tersebut melihat pola IHSG yang turun hampir sepekan penuh pada pekan lalu.

"Adapun support IHSG di level 6.218 sampai 6.200 dan resistane IHSG di level 6.256 sampai 6.312,"ujar Hans dalam pesan singkat Sabtu, 25 Januari 2020.

Hans mengatakan di dalam negeri kisruh pembubaran Reksadana terbukti masih menekan kinerja IHSG. Padahal beberapa pekan terakhir pasar modal dilanda optimisme penandatangan fase satu perang dagang AS- Cina.

"Namun, IHSG beberapa kali mengalami tekanan turun," tutur dia. Ketika Dow membuat rekor kenaikan baru pun, IHSG masih tertekan akibat aksi jual Reksadana yang di bubarkan.

Hans melihat beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang dibubarkan juga telah mengalami tekanan jual. Berikutnya lebih dari 35 Reksadana yang NAB nya turun lebih dari 50 persen ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan Indeks ke depannya. Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah diperkirakan akan menimbulkan sentimen negatif di pasar.

Dari sisi eksternal, Hans melihat virus Corona masih menjadi berita utama. Pasar Asia dan global sempat tertekan karena kekhawatiran penyebarannya. Apalagi, per Jumat lalu dilaporkan jumlah kasus sudah mencapai 830 orang dengan 25 orang meninggal.

Namun demikian, pasar saham dunia sempat stabil setelah pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa wabah virus Corona belum menjadi keadaan darurat global. Terlebih dengan adanya tindakan cepat oleh Cina untuk menahan penyebaran virus pernafasan ini dengan menghentikan perjalanan masuk dan keluar dari kota Wuhan, tempat virus korona berasal.

"Hal ini memberikan keyakinan bahwa wabah yang terjadi tidak mengakibatkan pandemi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Tetapi Tahun baru Imlek dimana banyak warga melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri menimbulkan kekhawatiran di pasar," tutur Hans.

Selanjutnya, laba korporasi masih akan menjadi sentimen pasar pekan depan. Lebih dari 12 persen dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan keuangannya. Menurut data FactSet, 70 persen perusahaan-perusahaan membukukan laba lebih baik dari perkiraan. "Diperkirakan ekspektasi keuntungan perusahaan menurun pada periode pelaporan kali ini," tutur Hans.

Tak hanya itu, melebarnya perang dagang, menurut Hans, perlu mendapat perhatian pelaku pasar. Pasalnya, setelah pendatangan fase 1 antara Cina dan Amerika Serikat, pernyataan presiden AS Donald Trump terasa menekan zona Eropa. Kala itu, Trump mengatakan bahwa Uni Eropa tidak punya pilihan selain menyetujui kesepakatan perdagangan baru dalam wawancara di Davos. Selain itu, dalam pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif impor mobil Eropa jika tak ada komitmen perdagangan baru dengan Uni Eropa.

"Presiden Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He telah menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama, mengurangi ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Tetapi optimisme positif kesepakatan perang dangang Cina dan AS mulai memudar di pasar," kata Hans. Apa lagi, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, mengatakan Amerika akan mempertahankan tarif barang-barang Cina sampai kesepakatan tahap kedua berakhir. Pernyataan itu juga menjadi sentimen negatif di pasar.

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

49 menit lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

11 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

20 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

23 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

23 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya