Pertumbuhan Ekonomi Cina Melambat, Harga Minyak Naik Tipis

Sabtu, 18 Januari 2020 16:24 WIB

Para pencari kerja antre untuk mengisi aplikasi di "job fair" di Beijing, Cina (25/3). Untuk menampung jutaan pencari kerja baru setiap tahunnya, pertumbuhan ekonomi Cina minimal harus 8 persen. Foto: AP/Greg Baker

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat, karena melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina. Kondisi perekonomian dari negara importir minyak mentah terbesar di dunia ini kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar dan mengganjal optimisme dari penandatanganan kesepakatan dagang Cina-Amerika Serikat.

Harga minyak mentah berjangka Brent sedikit menguat 23 sen menjadi US$ 64,85 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik tipis dua sen menjadi ditutup pada US$ 58,54 per barel. Untuk minggu ini, Brent turun 0,2 persen, sementara WTI kehilangan 0,8 persen.

Pemerintah sebelumnya mengumumkan ekonomi Cina, yang terbesar kedua di dunia, tumbuh sebesar 6,1 persen pada 2019. Artinya, ini ekspansi paling lambat dalam 29 tahun. "Meningkatnya tekanan ekonomi mungkin akan membatasi kenaikan minyak dalam jangka menengah hingga jangka panjang," kata Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets, Jumat, 17 Januari 2020.

Namun kenaikan permintaan Cina, seperti terlihat pada angka hasil kilang, membantu mengimbangi data pertumbuhan ekonomi yang kurang positif. Sepanjang 2019, kilang-kilang Cina memproses 651,98 juta ton minyak mentah, setara dengan rekor tertinggi 13,04 juta barel per hari (bph) dan naik 7,6 persen dari 2018, data pemerintah menunjukkan. Hasil kilang juga mencatat rekor bulanan untuk Desember.

"Peningkatan kapasitas kilang Cina membentuk kembali aliran perdagangan produk olahan, sementara peningkatan produksi minyak mentah AS membentuk kembali aliran perdagangan minyak mentah," kata Olivier Jakob dari konsultan Petromatrix.

Harga minyak mentah sempat naik pada Kamis lalu setelah Cina dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian perdagangan Fase 1 mereka. Sebagai bagian dari kesepakatan, China berkomitmen untuk menambah US$ 54 miliar dalam pembelian energi.

Meski begitu, ada yang skeptis tentang hasil dari kesepakatan itu. "Cina telah sepakat untuk membeli sejumlah besar minyak AS yang mungkin terbukti sulit dicerna," kata Jim Ritterbusch, presiden perusahaan penasihat perdagangan Ritterbusch and Associates, mengatakan dalam sebuah catatan.

ANTARA

Berita terkait

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

4 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

9 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

10 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

20 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya