Perbaiki CAD, Pemerintah Dorong Ekspor Kopi dan Kakao ke Swiss

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Senin, 13 Januari 2020 16:20 WIB

Salah seorang petani menunjukkan cara memetik buah kakao saat kunjungan petani di rumah Budidaya Kakao desa Lumbewe kecamatan Burau, Luwu Timur, Sulsel, 17 November 2015. Kunjungan yang di ikuti 60 orang dari Forum Petani Kakao se-Indonesia ini dalam upaya mempercepat peningkatan produksi dan produktifitas untuk mencapai target gerakan nasional Kakao sebesar 1,1 juta ton. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah terus berfokus menekan current account deficit (CAD). Salah satu caranya dengan menggenjot ekspor komoditas unggulan hasil perkebunan Indonesia ke beberapa negara, salah satunya ke Swiss.

"Jadi tadi melihat peluang ekspor yang begitu besar ke Swiss, dan kebetulan tadi disampaikan Swiss sudah ada perjanjian perdagangan bebas," ujar Teten di kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Senin, 13 Januari 2020.

Adapun komoditas unggulan perkebunan Indonesia, kata Teten adalah kopi, dan kakao. Selain dua komoditas itu, Indonesia juga ingin meningkatkan ekspor produk hortikultura, produk berbasis bambu, obat-obatan herbal, dan hasil laut.

Swiss dianggap potensial karena merupakan salah satu pintu masuk menuju pasar Eropa. "Kita sebenarnya bisa menggunakan Swiss sebagai pintu masuk ke pasar Eropa, jadi kita akan manfaatkan betul kerja samanya," ujar Teten.

Ia menjelaskan, saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan Swiss surplus karena mengandalkan hasil tambang seperti emas dan logam mulia lainnya. Namun, untuk komoditas hortikultura masih sangat sedikit, khusus untuk kopi sendiri nilai ekspor Indonesia ke Swiss baru mencapai US$ 30 juta. "Artinya ruangan untuk tumbuh dan berkembang itu masih sangat besar. Sehingga, kita akan dorong kopi-kopi Indonesia ke Swiss dan kemudian masuk ke pasar Swiss apakah ke Nestle, atau kah ke pemain-pemain kopi yang lain," kata Teten.

Advertising
Advertising

Teten juga akan mendorong petani kopi dan kakao dari hasil perkebunan rakyat untuk bisa mengekspor produknya ke luar negeri. "Kopi itu 95 persen produk Rakyat, hanya 5 persen yang PTP (PT Perkebunan Nusantara), perkebunan, jadi sebenarnya sebagian besar produsen kopi, kakao kita itu memang UMKM," ungkapnya.

Namun Teten memberikan catatan, jika Indonesia bersungguh-sungguh meningkatkan ekspor komoditas milik Indonesia ke Swiss harus ada perbaikan dari segi kualitas, karena pasar Eropa pasti menetapkan standar tingggi untuk barang-barang yang berasal dari luar negeri. "Karena kita tahulah kalau mengekspor ke negara-negara maju tentu ada requirement dari impor, standard product, sertifikasi dan lain sebagainya," ujar Teten.


Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

3 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

3 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

8 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

8 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

11 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

11 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

11 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

11 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya