Tak Hanya Ikan, Kurtubi Sebut Cina Incar Gas RI di Natuna

Minggu, 12 Januari 2020 14:31 WIB

Pakar Perminyakan Kurtubi. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Anggota Komisi VII DPR, Kurtubi, mengatakan Cina bukan hanya mengincar ikan di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) di Natuna, Kepulauan Riau. Namun, Negeri Tirai Babu itu juga membidik potensi sumber daya alam yang lebih besar, yakni gas bumi.

"Kita punya gas bumi di Natuna yang bila diolah nilainya lebih dari 200 TCF (trilion cubic feet atau TCF," ujar Kurtubi di sela-sela diskusi bertajuk 'Pantang Keok Hadapi Tiongkok' di Jakarta Pusat, Ahad, 12 Januari 2020.

Kurtubi mengatakan potensi gas bumi di Natuna bahkan paling besar ketimbang di blok migas lainnya. Ketimbang Blok Masela, kata dia, Natuna menyimpan cadangan empat kali lipat lebih banyak.

Adapun pernyataan Kurtubi ini sesuai dengan data yang dihimpun Tempo dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM. Berdasarkan catatan kementerian, potensi sumber daya gas di East Natuna sekitar 46 TCF.

Sementara itu, cadangan di Blok Masela, Maluku, hanya 16 TCF. Sedangkan cadangan gas di Indonesia Deepwater Development atau IDD yang berlokasi di Selat Makassar hanya 2,6 TCF.

Kurtubi menyarankan pemerintah mengamankan cadangan gas bumi itu dengan membangun kilang besar di sana. Pemerintah, kata dia, bisa menggandeng investor dari negara lain seperti Jepang atau Amerika Serikat.

Namun, untuk mencapai cara ini, Kurtubi mengatakan pemerintah mesti mengubah regulasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas dan menggantinya sementara dengan peraturan pemerintah pengganti undang-undnag. Ia menilai beleid tersebut cacat dan tidak memberikan kepastian hukum kepada investor.

Pemerintah melalui PT Pertamina (Perserol sebelumnya pernah menggandeng PT ExxonMobil, perusahaan minyak asal Amerika Serikat, dan PT EPP Thailand, perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi nasional yang berbasis di Negeri Gajah Putih untuk menggarap gas bumi di Natuna. Tepatnya pada 2016 awal, ketiga perusahaan itu melakukan kajian.

Kajian itu bermaksud mengidentifikasi teknologi dan aspek komersial agar proyek bisa dikembangkan sesuai dengan skala ekonomi. Namun, dari kajian itu, menurut Exxon, proyek ini tidak layak investasi. Exxon lalu hengkang setelah mempertimbangkan aspek keekonomian.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

2 jam lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

7 jam lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

12 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

21 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

21 jam lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

1 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya