Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, saat mengunjungi Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 6 Januari 2020. Tempo/Egi Adyatama
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritman dan Investasi Luhut Pandjaitan bercerita soal kejadian pasca rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara kemarin. Dalam perjalanan pulang, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menuangkan curahan hati ke Luhut.
"Saya dengan Pak Mahfud MD berada dalam satu mobil setelah ratas gas dengan Presiden (Jokowi)," kata Luhut di acara Natal bersama di kantor Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Selasa siang, 7 Januari 2020.
Menurut cerita pendek Luhut, Mahfud di dalam mobil itu mengungkap bahwa permasalahan yang dihadapi negara saat ini cukup kompleks. Mahfud juga menyatakan mengatur negara adalah perkara sulit.
Persoalan yang menjadi perbincangan Luhut dan Mahfud ini menyangkut pelbagai hal. Misalnya masih mahalnya harga gas yang membuat Presiden Jokowi jengkel dalam rapat terbatas kemarin.
Harga gas ini sejatinya telah diatur oleh Presiden melalui beleid Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 mengenai Penetapan Harga Gas Bumi untuk Industri Tertentu. Pemerintah menetapkan harga gas US$ 6 per MMBTU yang mesti terealisasi dalam tiga bulan ke depan.
Selain perkara gas, persoalan klaim sepihak Cina atas wilayah perairan Natuna Utara dan sikap negara terhadap klaim itu juga dibahas kedua menteri. Luhut mengatakan bahwa Mahfud sebagai Menko Polhukam telah mengambil langkah strategis untuk menangani masalah tersebut.
Ia lantas menyayangkan adanya anggapan miring soal negara yang terkesan 'adem-ayem' bahkan terkesan takut menghadapi Cina. Luhut memastikan negara saat ini tetap menjaga kedaulatan kendati tanpa mengongkang senjata atau perang. "Kalau soal Cina, enggak benar. Kami bukan budak negara mana pun," ujarnya.