Susi dan Prabowo Berbeda Soal Natuna, Moeldoko: Ada 2 Pendekatan

Senin, 6 Januari 2020 14:25 WIB

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Kompleks Parlemen, Senayan pada Rabu, 13 November 2019. TEMPO/Dewi Nurita

TEMPo.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko buka suara terkait adanya perbedaan pandangan sejumlah tokoh seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait penyelesaian klaim Cina terhadap Natuna. Moeldoko mengatakan, secara garis besar, pemerintah sudah melakukan dua pendekatan.

"Pertama, pendekatan diplomasi atau pedekakan politik dengan diplomasi," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Senin, 6 Januari 2020.

Pendekatan diplomasi adalah pertemuan antar-dua negara yang diwakili menteri luar negeri masing-masing negara. Adapun, kata dia, pendekatan tersebut sudah ditempuh melalui cara yang soft (lembut) hingga hard (keras).

Sedangkan pendekatan yang kedua ialah melalui pendekatan militer. Menurut Moeldoko, TNI sudah mengambil langkah-langkah antisipasi dengan mengerahkan pasukan untuk mengisi area itu.

"Intinya mungkin ya wilayah itu memang perlu diisi. Itu sangat penting karena kalau enggak diisi, area itu menjadi kosong," ucapnya.

Moeldoko mengimbuhkan, pemerintah akan menyusun metode penyelesaian lebih lanjut untuk mengelarkan persoalan memanasnya klaim terhadap perauran Natuna Utara. Meski begitu, Moeldoko belum menggamblangkan secara rinci rencana pemerintah ke depan. Sementara itu, ihwal adanya klaim terhadap perairan Natuna Utara, Moeldoko menyatakan bahwa kedaulatan negara tidak bisa dinegosiasikan.
<!--more-->
Sejumlah tokoh sebelumnya berbeda pandangan soal klaim Cina atas Natuna. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan perkara kehadiran kapal penjaga pantai Cina di Perairan Utara Natuna tak perlu dibesar-besarkan. Sebab, Indonesia memiliki kekurangan dalam penjagaan di zona ekonomi eksklusif.

"Sebenarnya kita juga kekurangan kemampuan kapal untuk melakukan patroli di ZEE," ujar Luhut di Kantor Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat, 3 Januari 2019.

Ia mengatakan, salah satu perbaikan yang mesti dilakukan untuk memperkuat Bakamla ke depannya adalah dengan menambah kapal dan peralatannya. Karena itu, ia menyebut Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan adanya pembangunan lebih banyak kapal Bakamla untuk melakukan patroli. "Kalau kita tidak hadir kan orang hadir di tempat kita," tutur Luhut.

Berbeda dengan Luhut, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menanggapi santai persoalan ini. "Kita cool saja. Kita santai kok, ya," ujar dia. Menurut Prabowo, bagaimana pun, Cina adalah negara sahabat.

Melalui akun Twitter,nya, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berpandangan keras. Ia mengatakan tidak ada istilah traditional fishing zone. "Straight forward statement segera nyatakan, Traditional Fishing Zone itu TIDAK ADA," tulis Susi melalui akun twitter @susipudjiastuti. Sehingga, alasan Cina bahwa yang berada di Natuna adalah nelayan tradisional tidak dapat diterima.

Susi Pudjiastuti juga melanjutkan, Indonesia tak punya perjanjian fishing rights dengan Cina. Perjanjian fishing rights adalah yang mengatur hak-hak nelayan tradisional untuk menangkap ikan yang sudah dilakukan secara tradisional dan turun temurun di Indonesia.

Hubungan Cina-Indonesia sebelumnya memanas setelah adanya klaim batas perairan Natuna Utara dari Negeri Tirai Bambu. Klaim Cina itu mengacu pada Nine Dash-Line atau sembilan garis batas imajiner yang secara tegas ditolak oleh Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno Sumardi mengatakan klaim itu tidak berlandaskan hukum internasional yang diakui oleh Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nations Convention for the Law of the Sea (UNCLOS). "Kami tidak mengakui Nine Dash-Line karena itu line klaim sepihak yang dilakukan oleh Tiongkok (Cina), yang tidak memiliki alasan hukum yang diakui oleh hukum internasional, terutama UNCLOS 1982," ujarnya, Jumat, 3 Januari lalu.

Nine Dash-Line adalah penetapan Cina atas kedaulatan suatu wilayah, baik di darat maupun perairan. Berpatokan pada peta itu, Cina mengklaim bahwa Laut Natuna Utara adalah wilayahnya.

Klaim itu mendorong Cina melakukan pelanggaran atas Zona Ekonomi Ekslusuf Indonesia. Teranyar terjadi pada Desember 2019. Badan Keamanan Laut kala itu menemukan kapal penjaga pantai (coast guard) pemerintah Cina muncul di perbatasan perairan Natuna Utara pada tanpa izin alias ilegal.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR

Berita terkait

Ragam Tanggapan atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

36 menit lalu

Ragam Tanggapan atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Prabowo ingin menjaga silaturahmi kebangsaan dan menjadi teladan lewat presidential club.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

6 jam lalu

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

Wakil Ketua DPRA Safarudin mengatakan meski suara Prabowo di Pilpres 2024 kalah di Aceh, namun dia berkomitmen kembalikan dana otsus 2 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

7 jam lalu

Jokowi Soal Susunan Kabinet Prabowo: Kalau Enggak Diminta Saran tapi Ikut Nimbrung, Enggak Boleh

Menurut Jokowi, berbagai masukan tentang susunan kabinet mendatang itu boleh diberikan jika Prabowo meminta.

Baca Selengkapnya

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

9 jam lalu

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

Jokowi merespons positif wacana Presidential Club yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

11 jam lalu

Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Megawati, SBY dan Jokowi Masuk di Dalamnya

Prabowo disebut akan membentuk Presidential Club yang menjadi wadah pertemuan mantan presiden.

Baca Selengkapnya

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

12 jam lalu

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

Pesan Luhut ke Prabowo jangan bawa orang toxic ke pemerintahan

Baca Selengkapnya

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

12 jam lalu

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Ketua Umum Partai Demokrat AHY buka suara soal diskusi mengenai kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun ia tak merinci kapan diskusi itu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

14 jam lalu

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi wacana pembentukan presidential club yang disampaikan juru bicara Prabowo

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

15 jam lalu

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

Menurut Ujang Komarudin, pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Subianto harus dilihat berdasarkan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Soal Pertemuan dengan Megawati dan PKS, Gerindra: Prabowo Masih Punya Agenda Lain

17 jam lalu

Soal Pertemuan dengan Megawati dan PKS, Gerindra: Prabowo Masih Punya Agenda Lain

Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, bicara mengenai peluang pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri dan PKS. Apa katanya?

Baca Selengkapnya