Terganggu Kapal Vietnam, Pendapatan Nelayan Natuna Jeblok

Jumat, 3 Januari 2020 18:36 WIB

Kapal nelayan Han Tan Cou 19038 berbendera Cina yang ditangkap KRI Imam Bonjol karena menangkap ikan di perairan Indonesia di Natuna, Kepulauan Riau, Jumat, 17 Juni 2016. Dispen Koarmabar

TEMPO.CO, Jakarta - Perairan Natuna belakangan ramai dibicarakan publik. Selain karena sejumlah kapal penjaga laut yang mengawal kapal ikan Cina hilir mudik di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, juga karena adanya kapal Vietnam yang menangkap ikan di sana.

Hal tersebut di antaranya berdampak pada merosotnya pendapatan ikan nelayan Kabupaten Natuna Kepulauan Riau hingga 75 persen semenjak 2 bulan terakhir. "Kalau semenjak 2 bulan terakhir, iya, penurunannya jauh turun," kata pengumpul ikan Kabupaten Natuna, Boy melalui sambungan telepon di Batam, Jumat, 3 Januari 2019.

Boy menjelaskan, biasanya, satu kelompok nelayan mengumpulkan hingga 4 kotak ikan. Satu kotak bisa memuat hingga 100 kilogram ikan. Namun kini, para pencari ikan hanya bisa mengumpulkan 1 kotak. "Itu penghasilan 4 hari di laut. Ada juga yang seminggu di laut dapat 2 kotak," ujar dia.

Jebloknya pendapatan nelayan Natuna sejak 2 bulan terakhir itu, menurut Boy, disebabkan oleh sejumlah faktor. Beberapa di antaranya adalah karena cuaca dan gelombang laut yang tinggi, serta ketakutan nelayan melaut jauh.

Boy menyebutkan, nelayan Natuna kini tidak berani melaut jauh karena khawatir tertabrak kapal Vietnam yang mencari ikan di sekitar laut yang sama. "Karena nelayan yang ada di Natuna kapalnya kecil. Mau menyeberang jauh takut. Karena di sini kebanyakan kapal Vietnam," kata dia. Walhasil, banyak nelayan Natuna yang memilih untuk mencari ikan hanya di perairan terdekat, meski peluang mendapatkan ikan di tempat jauh lebih banyak.

Advertising
Advertising

Sementara itu, Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, Kelurahan Bandarsyah, Bunguran Timur, Natuna, Herman meminta anggotanya agar tidak takut untuk terus melaut. Ia berharap Kapal Pengawas Indonesia turut mengawasi nelayan Natuna saat mencari ikan di perairan Indonesia.

Sebelumnya beredar sejumlah video berdurasi pendek yang menayangkan pencurian ikan oleh kapal asing di perairan Natuna belakangan ini. Video ini berkembang viral karena tak sedikit netizen membagikan video yang direkam oleh nelayan bernama Dedek Ardiansyah itu dan me-mention mantan menteri kelautan dan perikanan Susi Pudjiastuti.

Salah satu video berdurasi 1 menit dan 9 detik yang diunggah pada Kamis, 26 Desember 2019, memperlihatkan sejumlah kapal pencuri ikan dari Vietnam yang beroperasi sejak 17 Desember hingga 24 Desember 2019. Ada juga video berdurasi sekitar 4 menit yang diunggahnya. Dedek Ardiansyah di akun media sosialnya mengaku mengambil gambar video itu pada 23 Desember 2019.

Dedek menjelaskan, sekitar 20 pasang kapal itu beraktivitas sebagai kapal pukat gandeng (2 kapal 1 jaring). Kapal pukat seperti ini dilarang di Indonesia selain karena merusak karang, tapi juga karena semua jenis ikan ikut terjaring, termasuk anak ikan. Dalam videonya Dedek menyampaikan bahwa video tersebut diambil di antara koordinat 04.10.000 – 109.10.000 yaitu masih wilayah Perairan Natuna Utara.

Hal ini pun sempat disorot oleh Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam akun Twitter pribadinya @susipudjiastuti. "Semoga cepat diatasi," tulis Susi, Kamis, 26 Desember 2019.

ANTARA | EKO WAHYUDI

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

21 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

21 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

22 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

1 hari lalu

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

Korea Selatan tercatat sebagai negara penyumbang wisatawan asing terbesar di Vietnam dengan jumlah 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya