Defisit Melonjak, Indef Soroti Kebijakan Fiskal Tak Tepat Sasaran

Jumat, 20 Desember 2019 15:27 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merilis realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN Kita sampai akhir April 2018 di Jakarta, 17 Mei 2018. TEMPO/Dewi Nurita

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Indef Enny Sri Hartati menyatakan kenaikan defisit keseimbangan primer tidak menjadi masalah jika diiringi dengan kebijakan fiskal yang tepat sasaran. Namun kenyataannya, kebijakan fiskal selama ini masih belum memberikan stimulus terhadap perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi masih tetap tertahan pada angka 5 persen.

Enny menjelaskan, defisit keseimbangan primer tidak akan terlalu bermasalah apabila belanja yang dikeluarkan akibat pelebaran defisit mampu memberikan stimulus kepada sektor riil. Justru fungsi anggaran sebagai stimulus fiskal justru tidak terpenuhi apabila pemerintah hanya sepenuhnya hendak menekan defisit keseimbangan primer.

"Sebenarnya bukan berapa besaran target, berapa besar defisit, tetapi berapa besaran yang optimal dalam rangka meningkatkan stimulus fiskal," ujar Enny, Kamis, 19 Desember 2019. Jika hanya memikirkan defisit keseimbangan primer, menurut Enny, pemerintah cukup memangkas belanja.

Fenomena ini sebenarnya sudah sering terjadi karena realisasi belanja sendiri tidak pernah mencapai 100 persen dari tahun ke tahun. "Kalau belanjanya 100 persen, defisit pasti melampaui batas yang ditoleransi," ujar Enny.

Seperti diketahui, defisit keseimbangan primer per November 2019 mencapai Rp 101,31 triliun. Artinya angka itu setara dengan lima kali lipat dari nominal yang dipatok APBN.

Advertising
Advertising

Lonjakan defisit keseimbangan primer ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang hendak mendorong defisit anggaran ke angka 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto untuk mempertahankan belanja untuk memberi stimulus kepada perekonomian. Adapun per November 2019 defisit anggaran sudah melebar ke angka Rp 368,94 triliun 2,3 persen dari PDB.

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2020, pemerintah memproyeksikan defisit neraca primer bakal mulai positif di rentang 0-0,23 persen dari PDB dan pada 2024 akan terus positif pada rentang 0,29-0,48 persen dari PDB. Dengan ini, defisit anggaran diproyeksikan tetap pada angka defisit sebesar 1,75-1,52 persen dari PDB pada 2020 dan akan terus menyusut pada rentang 1,44-1,27 persen dari PDB pada 2024.

Enny memperkirakan proyeksi pemerintah itu bakal sulit tercapai karena penerimaan pajak yang masih memiliki kecenderungan tertekan pada 2020 akibat lambatnya pertumbuhan pada sektor manufaktur. Hal ini terindikasi dari realisasi impor bahan baku dan barang modal per November 2019 yang masih terus mengalami kontraksi sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru.

<!--more-->

Padahal, sektor tersebut memberikan kontribusi besar pada penerimaan pajak. "Kalau sektor manufaktur tidak tumbuh maka penerimaannya akan terus tertekan seperti 2019," ujar Enny.

Sebagai gambaran, pemerintah menargetkan defisit keseimbangan primer pada angka Rp 12,01 triliun dengan defisit anggaran pada angka Rp 307,22 triliun atau 1,76 persen dari PDB pada 2020. Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melebarkan defisit apabila belanja perlu dipertahankan dalam rangka memberikan stimulus pada perekonomian.

Hingga November 2019, defisit anggaran nasional tercatat telah melebar pada angka 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Defisit anggaran ini senilai Rp 368,9 triliun.

Defisit anggaran yang melebar ini tidak terlepas dari pertumbuhan pendapatan negara yang masih melambat pada angka 0,9 persen (yoy). Sementara realisasi pendapatan negara hanya sebesar Rp 1.677,1 triliun atau 77,5 persen dari target saja.

Meski defisit melebar ke angka 2,29 persen, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimis bahwa defisit anggaran pada akhir tahun akan mengecil. Defisit diproyeksikan berada sekitar angka 2,22 persen dari PDB.

Hal ini terutama didukung oleh membaiknya penerimaan pajak dari sektor riil. "Kita akan terus melihat dua minggu terakhir, tapi dua minggu pertama ada perbaikan dari sektor riil yang memperbaiki penerimaan pajak," ujar Sri Mulyani, Kamis 19 Desember 2019.

Tercatat, per 13 Desember 2019 defisit anggaran sudah turun ke angka 2,21 persen dari PDB. Hal ini karena membaiknya penerimaan negara. Pada tanggal yang sama, pendapatan negara tercatat tumbuh mencapai 1,6 persen (yoy).

BISNIS

Berita terkait

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

14 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

2 hari lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

7 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

7 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

7 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran IKN Baru Mencapai 11 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi anggaran dari APBN untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) baru mencapai 11 per

Baca Selengkapnya

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

7 hari lalu

Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, BTN Usulkan Skema Dana Abadi

PT Bank Tabungan Negara (BTN) usulkan skema dana abadi untuk program 3 juta rumah yang digagas Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

8 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya