Seperti di Cina, Bisnis Pinjaman Online Bakal Semakin Terseleksi

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Kamis, 19 Desember 2019 13:36 WIB

Seorang warga memindai barcode saat memberikan sedekah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 5 Desember 2019. Penggunaan layanan fintech tersebut untuk memudahkan masyarakat yang ingin menyumbangkan sebagian penghasilan untuk sosial serta mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi secara non tunai. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Pemain industri fintech peer-to-peer lending alias pinjaman online diprediksi semakin terseleksi. Kondisi ini berkaca dari kondisi yang terjadi di Cina saat ini.

"Di Cina sekitar 5 tahunan, lalu pemerintah agak bangun, interest loan di-cap dan direstriksi, Indonesia juga enggak akan terlalu jauh berbeda dengan di sana," ujar praktisi financial technology Alison Jap dalam diskusi di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.

Berdasarkan observasinya, Alison mengatakan pemain yang berguguran terutama adalah para pelaku fintech pinjaman online ilegal, serta para pinjaman online yang memiliki praktis bisnis yang kurang baik. Di sisi lain, masih akan ada banyak perusahaan pinjaman online yang bertahan.

"Menurut saya akan ada pemain yang akan terus berkembang karena mereka memberikan dampak positif kepada perekonomian," ujar Alison. "Contohnya lending yang memberikan working capital untuk UMKM dan petani, nelayan, atau masyarakat lain yang unbanked atau uderbanked."

Dilansir dari Reuters, China Banking and Insurance Regulatory Commision menunjukkan saat ini tersisa 427 perusahaan pinjaman online yang beroperasi, merosot dari 6.000 pemain pada 2015. Cina belakangan memang mulai mengatur ketat industri pinjol di negaranya.

Alison melihat pemerintah sekarang mulai mengatur bisnis fintech atau pinjaman online di Tanah Air. "Kalau dilihat, regulasinya kan semakin strict, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) semakin ketat," tuturnya. Ia membandingkan kondisi tersebut dengan beberapa tahun lalu, ketika para pemain pinjaman online tidak terlalu sulit untuk beroperasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan, melalui Satuan Tugas Waspada Investasi tampak mulai bersih-bersih fintech pelaku pinjaman online ilegal. Sejak awal tahun hingga November 2019, ada sebanyak 1.494 pemain pinjol ilegal yang ditindak. Apabila dilihat sejak 2018, jumlah totalnya adalah 1.898 entitas.

Alison meyakini pemerintah kurang dari 10-15 tahun lagi akan mengatur ketat sektor jasa keuangan digital tersebut. Hal itu, ujar perempuan yang sehari-hari beraktivitas di Doku itu, berkaca dari sektor fintech pembayaran yang mulanya tidak diatur dan saat ini sudah sangat diatur oleh Bank Indonesia.

Di samping, ia meyakini ada dorongan dari pelaku industri pesaing seperti multifinance yang mendorong adanya aturan terhadap P2P Lending. Pasalnya saat ini industri multifinance sudah diatur ketat alias heavy regulated. "Menurut saya, tidak mungkin sesuatu yang berdampak begitu besar bagi masyarakat, regulasinya akan loose."

Berbeda dengan Alison, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Febrio Kacaribu memprediksi pertumbuhan industri fintech di Tanah Air masih cukup lama. Para pelaku masih bisa memperbesar pasar, dengan syarat OJK tetap longgar dalam mengatur industri ini.

Ia memang menyarankan OJK tak buru-buru mengatur ketat para pemain bisnis fintech pinjaman online. Terutama, lantaran para pemberi pinjaman untuk P2P lending pun masih belum banyak. Menurut Febrio, saat ini pelaku industri tersebut masih lebih banyak disokong super lender. "Jadi regulasi jangan dulu, kasus P2P lending kan hanya berapa, regulasi bisa nanti saja karena belum ada risiko sistemik yang imminent," tutur Febrio.

CATATAN KOREKSI: Berita ini diedit pada Sabtu, 21 Desember 2019, pukul 16.46 WIB karena ada klarifikasi narasumber untuk mengurangi kesalahpahaman masyarakat.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Menteri Bahlil Soal Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, 3 Pemicu Pinjol Makin Marak

4 jam lalu

Terkini Bisnis: Menteri Bahlil Soal Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, 3 Pemicu Pinjol Makin Marak

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah bakal memperpanjang kontrak PT Freeport Indonesia hingga 2061.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

5 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

5 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

6 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

10 jam lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

14 jam lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya