Kritik Omnibus Law, Faisal Basri: Enggak Ada Gunanya

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Kamis, 19 Desember 2019 06:26 WIB

Faisal Basri. TEMPO/M. Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritik Omnibus Law yang akan menyederhanakan banyak undang-undang. Ia yakin, Omnibus Law yang tengah digodok pemerintah ini tidak akan berjalan dengan benar, jika tidak dibenahi dari awal.

"Start dari nol lagi benahi. Masuk dari awal, bicara itu kasih sinyal yang benar. Baru beres. Enggka ada gunanya Omnibus Law ini kalau begini caranya," ujar Faisal Basri di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.

Faisal menilai selama ini perumusan Omnibus Law ini cenderung tertutup karena tidak melibatkan banyak pihak, seperti buruh, dan pemerintah daerah. Bahkan, kata Faisal, Omnibus Law ini belum memiliki kajian akademis.

Menurut Faisal, dalam menyusun Omnibus Law ini, pemerintah hanya melibatkan pengusaha. "Sangat berbahaya, tidak ada kepentingan buruh yang terwakili didalam proses pembuatan ini. Tidak ada kepentingan daerah, tadi dalam rapat daerah disampaikan. Kemudian tren berikutnya pembahasannya tertutup tidak lewat pengujian akademis, enggak ada pengujian akademis yang kita tahu," ujar Faisal Basri.

Ia mengungkapkan, hal ini hanya menunjukkan dominannya peran pelaku usaha dalam pembuatan Omnibus Law. "Bahwa ini menunjukan dominannya dunia usaha dalam pemerintahan, anda hitung deh, menteri perdagangannya pengusaha, menko maritim pengusaha, menko perekonomian pengusaha, wamen-wamen pengusaha, staf khusus presiden pengusaha, pokoknya ini ujung-ujungnya kualitas investornya yang model-model begini," ungkap Faisal Basri blak-blakan.

Faisal menyarankan akan lebih arif jika daerah dilibatkan dalam Omnibus Law dengan diberikan 2 persen dari 10 persen Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sebab, pemerintah daerah tidak punya pendapatan lain, selain panak kendaraan bermotor, dan pajak hotel, serta restoran. "Bagian 2 persen di kasih ke daerah itu jauh lebih besar dari pajak-pajak yang dipreteli oleh daerah. Tapi nggak ada, nggak ada, pikiran pun nggak ada," tuturnya.

Berita terkait

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

11 jam lalu

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan akan terus mempersempit ruang gerak bagi pelaku judi online.

Baca Selengkapnya

Akhir Politik Jokowi di PDIP

17 jam lalu

Akhir Politik Jokowi di PDIP

Kiprah politik Joko Widodo atau Jokowi di PDI Perjuangan sudah tamat. Mantan Wali Kota Solo itu butuh dukungan partai politik baru.

Baca Selengkapnya

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

22 jam lalu

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyerahkan 300 sertifikat tanah secara simbolis untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

1 hari lalu

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

Kaesang mengingatkan kader PSi untuk ikut berpartisipasi dalam Pilkada 2024 pada wilayah dengan potensi jumlah kursi terbanyak.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

1 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

1 hari lalu

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

Investasi menjadi salah satu langkah keuangan yang wajib dilakukan oleh semua orang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

1 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

1 hari lalu

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

1 hari lalu

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

"Kami berteman dengan semua, semua partai kami anggap rumah ya," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya