Cina dan India Lesu, ADB Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Asia
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 11 Desember 2019 12:05 WIB
Tempo.Co, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia pada 2019 dan 2020. Hal tersebut dilakukan seiring merosotnya pertumbuhan di Cina dan India karena dibebani sejumlah faktor eksternal dan domestik.
Dalam laporan tambahan untuk Asian Development Outlook 2019 Update yang dirilis pada September, ADB memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di kawasan ini hanya akan tumbuh 5,2 persen, baik pada 2019 maupun 2020. Angka tersebut turun dari prediksi September yang sebesar 5,4 persen untuk tahun ini dan 5,5 persen tahun depan.
“Meskipun tingkat pertumbuhan di kawasan Asia yang sedang berkembang masih terbilang solid, ketegangan perdagangan yang terus berlangsung menyulitkan kawasan ini dan masih menjadi risiko terbesar terhadap proyeksi ekonomi dalam jangka yang lebih panjang," tutur Ekonom kepada ADP Yasuyuki Sawada dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 11 Desember 2019.
Di samping itu, Yasuyuki menilai investasi domestik juga melemah di banyak negara seiring menurunnya sentimen bisnis. Di sisi lain, inflasi bergerak naik akibat harga pangan yang lebih tinggi, apalagi demam babi afrika (african swine fever) telah menjadikan harga babi naik drastis.
Selain itu, laporan tambahan tersebut memperkirakan inflasi akan sebesar 2,8 persen pada tahun 2019 dan 3,1 persen pada 2020, naik dari prediksi September bahwa harga-harga akan naik 2,7 persen pada tahun ini dan tahun depan.
Di Asia Tenggara, banyak negara yang masih mengalami penurunan ekspor dan pelemahan investasi. Karena itu, proyeksi pertumbuhan untuk Singapura dan Thailand telah diturunkan. Untuk Indonesia, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen pada tahun ini dan 5,2 persen pada 2020.
Pertumbuhan PDB diperkirakan akan melambat di Pasifik karena aktivitas di Fiji, perekonomian kedua terbesar di kawasan ini setelah Papua Nugini, tampaknya tidak sebesar yang diantisipasi sebelumnya.
Di Asia Timur, pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan sebesar 6,1 persen untuk tahun ini dan 5,8 persen untuk tahun depan akibat ketegangan perdagangan dan perlambatan aktivitas global. Hal tersebut disertao pula dengan melemahnya permintaan domestik, terutama belanja rumah tangga, akibat harga daging babi yang sudah berlipat ganda dibandingkan dengan harga setahun lalu.
Namun, pertumbuhan dapat melaju kembali apabila Amerika Serikat dan Cina mencapai persetujuan perdagangan. Pada September, ADB memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 6,2 persen pada tahun 2019 dan 6,0 persen pada 2020 untuk kawasan tersebut.
Di Asia Selatan, pertumbuhan ekonomi India diperkirakan hanya akan naik 5,1 persen pada tahun fiskal 2019 seiring kejatuhan sebuah perusahaan besar di bidang pembiayaan nonbank pada 2018 yang menimbulkan penghindaran risiko di sektor keuangan dan kredit yang semakin ketat.
Selain itu, konsumsi juga terdampak oleh lambatnya pertumbuhan lapangan kerja dan buruknya panen yang sangat memberatkan masyarakat perdesaan. Pertumbuhan semestinya akan naik ke 6,5 persen pada tahun fiskal 2020 jika ada kebijakan yang mendukung. Pada bulan September, ADB memperkirakan pertumbuhan PDB India sebesar 6,5 persen pada tahun 2019 dan 7,2 persen pada 2020.