Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat Kuartal III Berbalik jadi Positif
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 19 November 2019 14:43 WIB
TEMPO.CO, Manokwari - Bank Indonesia (BI) menyebutkan pertumbuhan ekonomi perekonomian Papua Barat pada triwulan III tahun 2019 cukup positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) ekonomi Papua Barat tahunan pada triwulan tiga tumbuh sebesar 2,9 persen.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua Barat, Donny Heatubun, mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi ini jauh meningkat dibanding triwulan sebelumnya. "Pada triwulan II 2019 perekonomian kita minus 0,5 persen. Bisa meningkat menjadi 2,9 persen ini lumayan besar," kata Donny, Selasa, 19 November 2019.
Perekonomian Papua Barat tanpa migas, menurut Donny, mengalami pertumbuhan sangat signifikan yakni 5,7 persen dari triwulan III tahun 2018 ke triwulan III 2019. "Sangat signifikan, jika kita melihat pertumbuhan ekonomi nasional secara umum yang berada pada angka 5,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi Papua Barat didorong oleh tingginya pembentukan modal tetap bruto serta membaiknya ekspor dan impor. Dari sisi lapangan pekerjaan, seluruh sektor utama pun mengalami peningkatan.
Adapun penopang terbesar pertumbuhan terjadi pada sektor konstruksi dan perdagangan. "Dua sektor ini kenaikanya sangat signifikan. Kita berharap dari tahun ke tahun akan terus berkembang," ucap Donny.
Sedangkan untuk inflasi, kata Donny, data tahunan pada Oktober tercatat sebesar 2,5 persen. Inflasi di Papua Barat cukup rendah dan terkendali. Bahkan inflasi di Papua Barat itu bisa bertahan di bawah rata-rata nasional.
Namun begitu, masih ada satu tantangan dalam waktu dekat yakni hari raya Natal dan tahun baru. BI mengajak semua pihak mendukung upaya pengendalian inflasi. "Target nasional 3,5 persen di akhir tahun. Papua Barat harus kita bekerja keras, bersama-sama kita jaga agar inflasi kita lebih rendah dari target nasional," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto sebelumnya mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,02 persen pada kuartal III 2019 merupakan terendah dalam dua tahun terakhir. "Kita memang harus ekstra hati-hati, karena sangat mudah kita tergelincir di bawah 5 persen," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, 15 November 2019.
Dia menilai banyak hal yang perlu diperbaiki. Jika memperhatikan ekonomi global, kata dia, memacu ekspor akan menjadi hal yang berat. Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan potensi domestik.
Suhariyanto memberi masukan untuk memperkuat ekspor dengan memperbaiki perjanjian bilateral ke beberapa negara, menembus pasar non tradisional. Juga, menurutnya, perlu meningkatkan manufaktur. "Namun itu kan tidak bisa seketika," kata dia.
ANTARA | HENDARTYO HANGGI