Swasta Sulit Garap Infrastruktur, Ekonom: Likuiditas Kering

Kamis, 14 November 2019 16:42 WIB

Suasana pengerjaan proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) Seksi 1A Jakarta Timur, 5 Maret 2018. Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) memberikan izin kepada 38 proyek infrastruktur layang (elevated) untuk melanjutkan pengerjaan setelah sempat diberhentikan. TEMPO/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengungkapkan ada persoalan ekonomi makro yang menghambat swasta untuk terlibat dalam proyek infrastruktur.

"Ada anomali pada sistem keuangan yang membuat swasta dan Badan Usaha Milik Negara menjadi susah (masuk ke proyek infrastruktur)," kata Piter di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 14 November 2019.

Anomali pertama adalah likuiditas perekonomian yang kering. Piter berujar pembangunan infrastruktur membutuhkan pembiayaan yang besar. Namun badan usaha dan Indonesia tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi pembiayaan.

"Indikatornya gampang, kita berada dalam kondisi likuiditas ketat," kata Piter. Hal itu tampak dari rasio M2 atau uang dibanding Produk Domestik Bruto. Idealnya, rasio itu mencapai angka 100. Namun, pada periode 2014-2018 rasio Indonesia hanya berada di kisaran 40.

Pada 2018 saja, apabila ditinjau Cina mencapai angka 199, Jepang 252, Malaysia 127, Singapura 123, dan Thailand 123. Sementara, Indonesia hanya mencapai angka 39. "Kita tidak pernah mencapai angka segitu (100), artinya kita kurang likuiditas," ujar Piter.

Advertising
Advertising

Piter mengibaratkan likuiditas sebagai oli dalam mesin. Sehingga, dalam keadaan likuiditas yang kurang, ia mengatakan mesin perekonomian tidak bisa berputar dengan lancar.

Persoalan berikutnya, ujar Piter, adanya perebutan dana di tengah keringnya likuiditas di Tanah Air antara berbagai pihak mulai dari perbankan, Kementerian Keuangan, hingga Bank Indonesia. "Kalau barang sedikit direbutin, harganya semakin tinggi. Bagaimana bisa ada willingness swasta untuk berinvestasi," kata dia.

Kondisi tersebut berimbas kepada suku bunga kredit yang menjadi tinggi dan kaku. artinya tingkat suku bunga kredit tersebut cenderung mudah untuk naik, namun sulit sekali diturunkan. "Kalau sistem keuangan tidak berubah suku bunga akan tetap tinggi," tuturnya.

karena itu, Piter berujar pemerintah diharapkan untuk berperan dalam mengatasi permasalah tersebut. "Persoalan likuiditas harus diselesaikan," ujarnya. Pasalnya, ia yakin swasta akan sulit membangun infrastruktur apabila likuiditas masih terlampau ketat.

Saat ini, pemerintah memang tengah getol mengajak swasta dalam membangun infrastruktur. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur 2020-2024 mencapai Rp 2.058 triliun.

Dari jumlah tersebut, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hanya memenuhi Rp 623 triliun. Sehingga, ada kesenjangan pembiayaan sekitar Rp 1.435 triliun untuk mencapai visum PUPR 2024.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

22 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Pj. Bupati Banyuasin Tinjau Langsung Kondisi Jalan Poros Kecamatan Air Salek

2 hari lalu

Pj. Bupati Banyuasin Tinjau Langsung Kondisi Jalan Poros Kecamatan Air Salek

Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin, Hani Syopiar Rustam, meninjau langsung jalan Desa Srikaton menuju ke Jalan Perambahan, pada Minggu, 28 April 2024.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

6 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Arsyadjuliandi Desak Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol

7 hari lalu

Arsyadjuliandi Desak Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol

Anggota Komisi II DPR RI, Arsyadjuliandi Rachman, mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan pembayaran lahan Tol Pekanbaru-Padang.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

7 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

8 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

Sejumlah pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya ditargetkan rampung di tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Jalan Inpres di Gorontalo Senilai Rp 161 Miliar: Di Sini Ada Produksi Kelapa, Jagung..

9 hari lalu

Jokowi Resmikan Jalan Inpres di Gorontalo Senilai Rp 161 Miliar: Di Sini Ada Produksi Kelapa, Jagung..

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan pembangunan jalan daerah di Provinsi Gorontalo pada hari ini, Senin, 22 April 2024.

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

10 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

11 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Bupati Taput Ajak Masyarakat Rawat Infrastruktur yang Sudah Dibangun

11 hari lalu

Bupati Taput Ajak Masyarakat Rawat Infrastruktur yang Sudah Dibangun

Bupati Tapanuli Utara (Taput), Nikson Nababan, mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan merawat segala pembangunan yang telah dibangun pemerintah.

Baca Selengkapnya