Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro saat perkenalan Menteri Kabinet Indonesia Maju di Veranda Istana Negara, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alasan pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) belum secara maksimal menerapkan inovasi itu sendiri.
"Memang tantangan terbesar kenapa dibikin BRIN adalah karena dulu kan adanya LIPI, adanya BPPT memenuhi sequence dari proses penelitian sampai penerapan. Tapi belum benar-benar menjadi inovasi itu sendiri," kata Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Le Merien, Jakarta Selatan pada Selasa 12 November 2019.
Maka dari itu, demi memecah kebuntuan dari riset ke inovasi, pemerintah membentuk BRIN yang diharapkan bisa menyinergikan semua potensi riset.
"Potensi riset dan inovasi yang ada di Indonesia tidak hanya ada di perguruan tinggi, lembaga penelitian tapi juga Litbang di kementerian, lembaga demikian juga di BUMN, perusahaan swasta, dan ada di masyarakat sendiri. Ini saatnya ada sinergi yang lebih dalam yang untuk penelitian, pengembangan dan inovasi di Indonesia," kata dia.
Dia menuturkan ekosistem ini bisa terwujud dalam lima tahun ke depan. Pemerintah, lanjutnya, hanya bertugas memfasilitasi dunia usaha bisa memahami oleh dunia penelitian.
"Pemerintah bertugas memfasilitasi agar dunia usaha bisa memahami apa yang dilakukan oleh dunia penelitian dan perguruan tinggi. Dunia perguruan tinggi juga bisa membaca apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan pasar serta dunia usaha," tutur dia. "Pemerintah di tengah-tengahnya memfasilitasi termasuk mempersiapkan sarana dan prasarananya."