UMP 2020 Naik 8,51 Persen, Pengusaha Cemas Investor Kabur

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Rabu, 6 November 2019 10:46 WIB

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani dalam Seminar Nasional Peran Serta Dunia Usaha Dalam Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter di Kempinski Grand Indonesia Ballroom. Jakarta, 14 September 2018. TEMPO/Candrika Radita Putri

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani khawatir jika aturan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2020 sebesar 8,51 persen, akan membuat investor berpikir ulang untuk masuk ke Indonesia. Sebab, investor akan menghitung ulang biaya produksi yang membengkank.

Lebih dari itu, Rosan juga khawatir jika industri yang sudah ada di dalam negeri pun justru ikut hengkang karena gaji yang harus dibayarkan terlalu tinggi. "Kalau pindahnya secara bertahap mending, pindahnya masih di Indonesia. Nah kalau pindahnya ke negara lain itu kan jadi non produktif. Kalau naiknya tinggi, enggak ada investasi yang masuk, yang ada malah relokasi. Jadi memang harus cari keselarasan," kata dia di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa, 5 November 2019.

Sebagai pengusaha, Rosan pun mengakui harus menerima aturan UMP yang telah ditetapkan pemerintah. Apalagi, aturan itu telah diketok palu dengan formula kenaikan yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi ditambah angka inflasi dalam negeri. Namun Rosan tetap menilai kenaikan UMP ini akan menjadi beban tersendiri bagi industri padat karya.

Oleh karena itu dirinya mengusulkan untuk kenaikan UMP setiap daerah harus dibedakan, karena ada beberapa wilayah upah minimun itu sudah terlalu tinggi. Artinya, jika perusahaan di kawasan itu menerapkan aturan tersebut, maka UMP-nya akan semakin melambung. "Lalu industri akan berpindah ke mana?," kata dia.

Rosan menyarankan pemerintah mengkaji dulu kelayakan kenaikan UMP di setiap daerah. Misalnya, melihat dari faktor lain dari segi penyerapan tenaga kerja di wilayah tersebut. Lalu dilihat apakah di situ banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Advertising
Advertising

Menurutnya, ada daerah yang memiliki UMP sekitar Rp 1,7 juta saja namun ada pula yang sampai Rp 4 juta lebih. Akibatnya, dikhawatirkan akan ada eksodus investor ke provinsi lain, bahkan mungkin hingga negara lain. "Jadi jangan disamaratakan dulu," kata dia.

Rosan menilai, jika setiap daerah menggunakan formula yang sama, maka gap atau selisih UMP antar daerah akan semakin jauh. Sedangkan, produktivitas pekerja sama. "Itu juga yang kita beri masukan ke pemerintah, mungkin kenaikan itu jangan sama dulu semua."

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

17 jam lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

Menkomarinves Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk Jokowi sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional. Ini jabatan kesekian yang diterima Luhut.

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

2 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

2 hari lalu

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

Investasi menjadi salah satu langkah keuangan yang wajib dilakukan oleh semua orang.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

2 hari lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

3 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

5 hari lalu

Kejagung Tegaskan Penyitaan dalam Kasus Korupsi Timah Bukan untuk Hentikan Eksplorasi yang Merugikan Masyarakat

Kejagung menjelaskan kerugian kasus korupsi timah yang mencapai Rp 271 Triliun.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya