Bicara Tekstil, Kemenperin: Industri Mesin RI Tak Mendukung

Kamis, 31 Oktober 2019 05:46 WIB

Pekerja menjalankan mesin tenun listrik di pabrik kain Desa Padamulya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Pemerintah menargetkan ekspor produk TPT tahun 2019 mencapai USD 15 miliar atau naik 11 persen dibanding tahun lalu. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Muhammad Khayam mengatakan lesunya industri tekstil di Indonesia tidak lepas dari minimnya peran industri permesinan Tanah Air. "Memang kalau melihat industri tekstil, kalau bicara industri hilir itu yang berperan itu adalah di permesinan kan," ujar dia di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.

Ia mengatakan produk yang sangat bergantung kepada mesin antara lain tenun dan kain. Saat ini, industri tekstil dan produk tekstil di dalam negeri memang cenderung kurang didukung dengan industri mesin yang mumpuni. Sehingga, masih mengandalkan mesin-mesin impor dari luar negeri.

"Industri permesinan masih belum mendukung," kata Khayam. Akibatnya, industri tekstil lokal pun menjadi kurang bersaing dan kurang fleksibel. Contoh langsung ketidakfleksibelan industri itu misalnya dari segi ukuran kain. Ketika mesin yang diimpor hanya bisa memproduksi ukuran 220 cm, maka tidak bisa lebih lebar lagi.

Lantaran kurang luwes, akhirnya diperlukan impor. Karena itu, Khayam mendorong industri permesinan di Tanah Air ditumbuhkan kembali dan diintegrasikan dengan industri Tekstil dan Produk Tekstil. "Jadi mesin itu dampaknya sangat besar, lihat saja fesyen dan mode kan sekarang zamannya kustom, tapi bahan bakunya dari mana?"

Guna menggenjot daya saing industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri, ia mengatakan teknologi menjadi kuncinya. Sehingga, tidak bisa Indonesia terus menerus mengandalkan mesin dari luar negeri. Karena itu, industri mesin lokal pun perlu dipacu.

"Kan di impor itu paling besar bahan baku dan barang modal, itu besar sekali karena sedikit-sedikit impor, termasuk teknisinya," kata Khayam. "Enggak apa-apa, kita menyadari tapi harus kita kejar, jadi harus ada orang yang bisa bikin mesinnya dan diintegrasikan ke dunia mode dan fesyen."

Belakangan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan pangsa pasar TPT Indonesia di pasar global cenderung stagnan di kisaran 1,5 persen. Angka pertumbuhan tersebut jauh ketinggalan dari Cina yang mencapai 31,8 persen, serta dua negara pesaing utama Indonesia, Vietnam dan Bangladesh yang tumbuh masing-masing 4,59 persen dan 4,72 persen pada tahun 2018.

Kendati, di dalam negeri, laju pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi terus mengalami peningkatan dan mencapai 20,71 persen hingga triwulan II 2019. Pada periode yang sama 2018 lalu, angka tersebut hanya di level 8,73 persen. Kontribusi indsutri tekstil dan pakaian jadi terhadap PDB juga cenderung membaik enjadi 6,68 persen pada triwulan II 2019.

Berita terkait

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

2 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

3 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

8 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

15 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

20 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

26 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

29 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

36 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

38 hari lalu

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan industri knalpot aftermarket punya potensi ekonomi besar.

Baca Selengkapnya

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

41 hari lalu

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

AFPI menjamin penagih utang dalam industri fintech lending sudah bersertifikat.

Baca Selengkapnya