Mayoritas Menteri Ekonomi dari Partai, Indef: Tidak Ideal

Reporter

Friski Riana

Sabtu, 26 Oktober 2019 13:05 WIB

Presiden Jokowi melantik menteri-menteri anggota kabinet periode kedua pemerintahannya. Ia merangkul sebagian besar partai dan hanya menyisakan Partai Keadilan Sejahtera, Partai Demokrat, serta Partai Amanat Nasional di luar pemerintahan. Kekuatan koalisi pemerintah menguasai tiga perempat jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat.

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menilai struktur menteri ekonomi Kabinet Indonesia Maju tidak ideal karena banyak diisi dari kalangan partai. "Dengan struktur kementerian yang ada sekarang tidak ideal, terutama di perekonomian," kata Tauhid dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu, 26 Oktober 2019.

Tauhid mengatakan, semula ia berharap menteri-menteri ekonomi setidaknya 70 persen berasal dari kalangan profesional. Nyatanya, setelah diumumkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, menteri ekonomi lebih banyak dari kalangan partai.

Sebut saja seperi Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Kemudian, Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita merupakan politikus Golkar. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dari Partai Gerindra, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dari Partai NasDem. Adapun menteri ekonomi dari profesional di antaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Tauhid mengaku khawatir dengan komposisi seperti ini, para menteri dari kalangan partai memiliki beban waktu, pikiran dan pekerjaan dari partai yang bisa mengurangi perhatian ketika menjadi menteri.

Soal kompetensi, Tauhid memandang bahwa menteri dari kalangan partai umumnya memiliki kemampuan manajerial. Namun, mereka akan cenderung bersifat organisatoris ketimbang membuat gebrakan. "Kalau dari profesional tentu saja lebih cocok ditempatkan di bidang-bidang dan juga punya inovasi-inovasi atau gebrakan yg lahir dari bidang itu sendiri," kata dia.

Advertising
Advertising

Kekhawatiran lainnya adalah konflik kepentingan. Menurut Tauhid, konflik kepentingan bisa membebani si menteri dan kementeriannya. Misalnya, di bawah koordinasi Menko Perekonomian terdapat menteri-menteri yang membawa kepentingan masing-masing partainya. Sementara keputusan di level kementerian yang diambil harus merupakan keputusan bersama.

"Tiga hal itu menurut saya. Harapan kami memang, ya, walaupun ini sudah terjadi, profesional lebih ringan karena bebannya sudah dikurangi," ujarnya.

Dalam pidatonya saat pembukaan Musyawarah Besar X Ormas Pemuda Pancasila di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 26 Oktober 2019, Presiden Jokowi meminta maaf terkait susunan Kabinet Indonesia Maju. Jokowi bercerita rumitnya dalam memutuskan calon menteri. Alasannya dia menerima 300 nama tapi hanya bisa memilih 34 orang di antaranya.

FRISKI RIANA | AHMAD FAIZ

CATATAN KOREKSI: Berita ini sudah dikoreksi pada Sabtu, 26 Oktober 2019, pukul 16.47 WIB karena kekeliruan penyebutan jumlah menteri dari kalangan profesional. Dengan koreksi ini, redaksi mohon maaf. Terima kasih.

Berita terkait

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

11 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

14 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

14 jam lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

18 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

20 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

1 hari lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Akui Dapat Tawaran Menteri, Khofifah Pilih Maju Jadi Gubernur Jatim lagi

1 hari lalu

Akui Dapat Tawaran Menteri, Khofifah Pilih Maju Jadi Gubernur Jatim lagi

Khofifah menyatakan bakal kembali maju menjadi calon Gubernur Jawa Timur di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya