Indonesia Targetkan Jadi Anggota OECD untuk Tarik Investor

Rabu, 9 Oktober 2019 11:51 WIB

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbangprov) Provinsi Gorontalo, Senin, 1 April 2019.

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia membidik target menjadi negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk menarik investor. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional alias Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah sedang mempelajari syarat-syarat keanggotaan forum yang sudah berdiri selama 58 tahun itu.

"Syarat jadi anggota dan posisi kita sekarang itu yang harus disiapkan. Karena, kalau sudah menjadi negara anggota OECD, kita harus ikut standar mereka," kata Bambang di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, 9 Oktober 2019.

Bambang tak merinci syarat-syarat yang ia maksud. Namun, ia memastikan saat ini pemerintah sedang mempelajari kesenjangan yang menjurangi kondisi negara terkini dengan standar-standar OECD. Dengan begitu, negara bisa menambal kelemahan sehingga syarat keanggotaan OECD terpenuhi.

Menurut dia, Indonesia akan diuntungkan dari sisi investasi bila berhasil menjadi anggota forum. Ia mengatakan, investor global acap tertarik menanamkan modalnya di negara yang sudah terdaftar sebagai anggota OECD.

"Yang sering ditanyakan investor adalah apakan Indonesia sudah jadi OECD member. Karena kalau sudah jadi member, standar Indonesia berarti sudah ikut OECD yang dijadikan referensi kebanyakan investor besar," tuturnya.

Di sisi lain, Bambang mengatakan pihaknya hari ini telah meminta masukan dari OECD terkait kondisi ekonomi negara. Saat ini, kata Bambang, Indonesia tidak lagi dapat menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada pemanfaatan sumber daya alam.

Ketergantungan Indonesia pada SDA hanya akan membuat kondisi neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lebih fluktuatif. Bambang mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan solusi untuk reformasi ekonomi, khususnya mengembangkan sektor lain di luar SDA. Indonesia juga membutuhkan reformasi regulasi untuk menarik investasi.

"Kalau dari OECD, kita belajar mengenai regulatory reform. Kita ingin tahu kalau menarik FDI (foreign direct investment) dalam kondisi sekarang itu apa yang harus diperbaiki di Indonesia," tuturnya.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

2 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

4 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

5 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

8 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

8 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

9 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

9 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Putusan MK Dinilai Beri Kepastian pada Investor, Ekonom BCA: Semoga Belanja Modal Meningkat

12 hari lalu

Putusan MK Dinilai Beri Kepastian pada Investor, Ekonom BCA: Semoga Belanja Modal Meningkat

Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai putusan MK akan memberikan legitimasi atau kepastian hukum terhadap Pemilu.

Baca Selengkapnya

Airlangga Nilai Putusan MK Beri Kepastian bagi Investor

12 hari lalu

Airlangga Nilai Putusan MK Beri Kepastian bagi Investor

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal dampak putusan MK yang menolak seluruh gugatan sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya