Ancaman Resesi Ekonomi, Indef Ingatkan Swasta Hati-hati Berutang

Reporter

Antara

Senin, 7 Oktober 2019 21:05 WIB

Ribuan demonstran berunjuk rasa di San Juan, Puerto Rico, Jumat (16/10) WIB. Aksi ini menentang Gubernur Luis Fortuno dan pemberhentian terhadap 20,000 pekerja publik sebagai tindakan mengatasi resesi ekonomi. Foto: AP Photo/Andres Leighton

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia usaha dan korporasi disarankan untuk lebih berhati-hati dalam menarik utang luar negeri karena perekonomian global yang melambat ditambah risiko resesi ekonomi yang kian nyata menimbulkan tekanan dalam bisnis, dan berpotensi meningkatkan risiko gagal bayar.

Ekonom Institute for Developments of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2019 mengatakan dalam konektivitas di sistem keuangan global saat ini, peningkatan risiko gagal bayar bisa dengan mudah menjalar dan menimbulkan imbas negatif ke sektor lain di rantai perekonomian.

Dia mengingatkan pihak swasta dan juga pemerintah agar mengendurkan agresivitas dalam menarik utang, meskipun pertumbuhan ekonomi domestik perlu distimulus dengan alternatif sumber pendanaan. Jika tidak hati-hati dalam menarik utang, risiko beban usaha, di antaranya risiko selisih kurs akan mengintai kinerja dunia usaha.

"Risikonya 'missmatch' (ketidaksesuaian) likuiditas jangka pendek, selisih kurs juga membuat beban bayar utang meningkat," ujar dia.

Sejalan dengan itu, penarikan utang yang "ugal-ugalan" juga akan semakin menyedot cadangan devisa yang sebenarnya sudah menurun pada September 2019. Lebih baik, cadangan devisa saat ini dioptimalkan untuk menjaga stabilitas.

Advertising
Advertising

Jumlah cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2019 menurun US$ 2,1 miliar menjadi US$ 124,3 miliar dibanding Agustus 2019 yang sebesar US$ 126,4 miliar.

"Utang yang ugal ugalan bisa blunder ke devisa karena butuh dollar banyak saat membayar kewajiban bunga dan cicilan pokok utang," ujar dia.

Sejak awal 2019, melesatnya pertumbuhan utang luar negeri swasta dibanding pemerintah menjadi pelontar kenaikan utang luar negeri Indonesia. posisi ULN swasta pada akhir Juli 2019 tumbuh 11,5 persen secara tahunan (yoy) menjadi 197,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Juni 2019 yang sebesar 11,1 persen (yoy).

Utang luar negeri pemerintah di periode sama tumbuh 9,7 persen (yoy) menjadi sebesar 194,5 miliar dolar AS. Perkembangan utang itu membuat rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Juli 2019 sebesar 36,2 persen.

Meskipun menunjukkan tren yang meningkat, Bank Indonesia melihat utang luar negeri Indonesia masih dalam rentang yang sehat. Selain rasio ULN terhadap PDB yang masih terkendali, struktur ULN Indonesia hingga Juli 2019 tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 87,6 persen dari total utang luar negeri.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

5 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

6 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

6 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

6 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

7 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

8 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

8 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

8 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya