Riset IHS Markit: Industri Manufaktur Semakin Memburuk

Selasa, 1 Oktober 2019 16:25 WIB

Pembuatan sepatu kulit di Pusat Industri Kecil, Jakarta, 7 Mei 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I-2018 naik sebesar 5,01 persen (year on year/yoy) disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, sebesar 18,87 persen. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Riset dari IHS Markit menunjukkan kinerja industri manufaktur per September 2019 lewat Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 49,1. Angka itu naik tipis dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 49.

Sementara indeks di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur bergerak ekspansif, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi. Dengan demikian kinerja sektor manufaktur Indonesia dinilai tidak mengalami banyak perubahan signifikan, baik produksi maupun permintaan baru dari sektor industri nasional terus menurun.

Indeks manufaktur Indonesia pada akhir kuartal III/2019 itu menunjukkan penurunan lebih lanjut terkait kondisi kesehatan sektor tersebut. "Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri triwulan ketiga dengan catatan lemah, dengan kondisi operasional yang memburuk selama tiga bulan berturut-turut. Baik produksi maupun permintaan baru terus menurun," demikian tertulis dalam keterangan resmi IHS Markit, Selasa, 1 Oktober 2019.

Hal itu menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah pekerja dan aktivitas pembelian. Dengan tekanan biaya berkurang, perusahaan memberikan diskon atas harga penjualan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.

Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw, mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur Indonesia terjebak dalam situasi yang menantang pada September 2019. Indeks PMI manufaktur Indonesia mendekati posisi terendah dalam dua tahun dan menurun dalam tiga bulan berturut-turut.

Advertising
Advertising

Kondisi itu pula yang menyebabkan perusahaan mengurangi perekrutan dan aktivitas pembelian. "Survei juga menunjukkan bahwa kenaikan jumlah barang jadi di tengah-tengah penurunan penjualan. Tekanan harga juga berkurang dengan biaya output turun untuk pertama kalinya hanya dalam kurun waktu tiga tahun karena perusahaan menawarkan diskon guna menaikkan penjualan," ujarnya.

Untuk jangka pendek, Bernard Aw mengatakan sektor manufaktur nasional masih dihadapkan pada tantangan. Namun, untuk jangka panjang, prospek industri Indonesia masih positif.

Dalam prediksinya, industri manufaktur nasional pada jangka pendek cenderung suram. "Prospek jangka panjang masih bertahan positif, dengan mayoritas responden mengharapkan kenaikan output selama 12 bulan mendatang," Bernard Aw.

BISNIS

Berita terkait

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

29 menit lalu

Kemenko PMK Soroti Kurangnya Bidang Riset dalam Industri Elektronik Indonesia

Kemenko PMK menyebutkan, serapan kerja di industri elektronik Indonesia masih rendah, terutama di bidang riset.

Baca Selengkapnya

Impor Turun, Mendag Zulkifli Hasan: Produksi Menurun

1 hari lalu

Impor Turun, Mendag Zulkifli Hasan: Produksi Menurun

Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan mengatakan ada penurunan impor non-migas pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Pengungsi Palestina Terlunta-lunta, PMI akan Kirim Bantuan 500 Unit Tenda ke Gaza

2 hari lalu

Pengungsi Palestina Terlunta-lunta, PMI akan Kirim Bantuan 500 Unit Tenda ke Gaza

Sekretaris Jenderal PMI menyatakan akan terus mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina, termasuk 500 unit tenda yang bakal dikirim pekan ini

Baca Selengkapnya

Pemerintahan Jokowi Targetkan Indonesia Masuk OECD dalam Tiga Tahun

2 hari lalu

Pemerintahan Jokowi Targetkan Indonesia Masuk OECD dalam Tiga Tahun

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang bertugas sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Keanggotaan OECD, tengah merancang memorandum.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Indef: Kalah Bersaing dengan Produk Luar

4 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Indef: Kalah Bersaing dengan Produk Luar

Senior Ekonom The Institute Economics of Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepeda Motor Listrik Yadea Teknologi Indonesia di Karawang Bakal Serap 3.000 Tenaga Kerja

5 hari lalu

Pabrik Sepeda Motor Listrik Yadea Teknologi Indonesia di Karawang Bakal Serap 3.000 Tenaga Kerja

Pabrik sepeda motor listrik PT Yadea Teknologi Indonesia mulai dibangun di Kawasan Industri Suryacipta Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

7 hari lalu

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

Pemerintah Jerman masih menginginkan produk nikel mentah Indonesia. Namun pemerintah Indonesia tetap akan jalankan penghiliran industri nikel.

Baca Selengkapnya

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

11 hari lalu

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

Ceria menegaskan komitmennya dalam mendukung industri nikel berkelanjutan dan memperkuat posisinya dalam rantai pasokan global baterai EV.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

11 hari lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

12 hari lalu

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

Kementerian Perindustrian mengaku belum mengetahui penyebab tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya