Evaluasi Paket Kebijakan Ekonomi, CORE: Koordinasi Lembaga Kurang

Selasa, 1 Oktober 2019 17:46 WIB

Presiden Jokowi (tengah) saat peluncuran geoportal kebijakan satu peta dan buku kemajuan infrastruktur nasional tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 11 Desember 2018. Program Percepatan Kebijakan Satu Peta telah diatur sejak 2016 melalui penerbitan Paket Kebijakan Ekonomi VIII dan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Center of Reform on Economics atau CORE Yusuf Rendy Manilet menuturkan efek dari 16 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sejak 2015 cenderung beragam. Ada beberapa paket kebijakan yang ia nilai sukses, ada juga sejumlah upaya yang dinilai tidak membawa dampak apapun.

Menurut Yusuf, salah satu faktor yang menyebabkan efektivitas paket kebijakan ekonomi Indonesia cenderung angin-anginan adalah sifat paket tersebut yang cenderung reaktif. Paket-paket ekonomi yang dirancang dan dikeluarkan adalah respons pemerintah terhadap situasi ekonomi global dan pengaruhnya terhadap Indonesia hanya pada beberapa waktu tertentu.

“Reaktif memang perlu, tetapi substansi kebijakan yang dikeluarkan lebih penting dan harus komprehensif,” kata Yusuf seperti dilansir Bisnis,com, Selasa 1 Oktober 2019.

Karakteristik paket kebijakan tersebut berakibat pada minimnya kajian yang dilakukan kementerian/lembaga terkait. Kurangnya studi yang dilakukan, lanjutnya, pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitas sebuah paket kebijakan ekonomi.

Ia mencontohkan insentif untuk industri galangan kapal pada paket kebijakan ekonomi XV yang dikeluarkan pada 2017. Kala itu, pemerintah akan memberikan insentif berupa pemotongan pajak. Namun, katanya, kenyataan di lapangan banyak pelaku usaha yang tidak mendapat keringanan ini.

Advertising
Advertising

Selain itu, industri galangan kapal adalah sektor ekonomi yang bersifat padat modal. Ia menilai perlu ada insentif pendukung lain selain pemotongan pajak yang berpotensi membantu penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia.

Faktor lain yang mengurangi efektivitas paket kebijakan ekonomi adalah rentang pemberlakuan kebijakan yang cenderung singkat. Hal ini merupakan dampak tambahan dari sifat paket kebijakan yang reaktif.

“Kebanyakan paket (yang dikeluarkan) seperti setengah-setengah. Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah menangkap permasalahan di satu sektor, tetapi melewatkan permasalahan pada sektor lain,” kata Yusuf.

<!--more-->

Selain itu, ia menuturkan koordinasi yang dilakukan kementerian/lembaga dalam perancangan paket kebijakan masih kurang baik. Akibatnya, ada poin-poin dalam paket kebijakan yang luput dari perhatian instansi negara.

“Perbaikan koordinasi akan mendorong pembahasan paket kebijakan yang lebih jelas dan mencakup seluruh permasalahan ekonomi Indonesia sehingga ke depannya, dapat mendorong pertumbuhan (ekonomi)," kata Yusuf.

Sebelumnya, pemerintah juga telah memulai proses evaluasi Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang difokuskan untuk revisi Daftar Negatif Investasi (DNI).

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, evaluasi terkait tiga paket kebijakan ekonomi tersebut telah dilakukan. Paket perluasan tax holiday telah rampung dikaji dengan dikeluarkannya aturan turunan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 150 tahun 2018 yakni Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2019.

Sementara itu, insentif perpajakan bagi devisa hasil ekspor (DHE) industri berbasis sumber daya alam juga telah dikeluarkan pada Juli lalu. Hasil dari evaluasi tersebut adalah PMK Nomor 98/PMK.04/2019 yang ditandatangani 1 Juli 2019.

Adapun dari paket Daftar Negatif Investasi (DNI), Susiwijono mengatakan pemerintah tengah melakukan peninjauan ulang atas bidang-bidang usaha yang termasuk. Pada kebijakan awal, pemerintah mencadangkan 54 klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) kepada UMKM dari yang sebelumnya hanya kepada UKM. Kemudian, ada beberapa KBLI yang dibuka kepada investor asing hingga 100 persen.

“Terkait DNI, masih kami review lagi bidang-bidang mana yang nantinya dapat dimaksimalkan Indonesia,” ujarnya saat dihubungi.

Berita terkait

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

9 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

17 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

28 Februari 2024

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Jokowi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia cukup kokoh di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

2 Februari 2024

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

PT Pegadaian dinobatkan sebagai Diamond Living Legend Company in Realizing Society Welfare Through Innovative and Inclusive Products and Services

Baca Selengkapnya

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

19 Desember 2023

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat lebih kuat dari target yang ditentukan

Baca Selengkapnya

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

19 Desember 2023

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan target pertumbuhan ekonomi para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2024 cenderung tinggi.

Baca Selengkapnya

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

14 Desember 2023

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023

Baca Selengkapnya

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

12 Desember 2023

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia, terutama pada kinerja ekspor.

Baca Selengkapnya

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

8 Desember 2023

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Kebijakan fiskal memiliki peranan penting sabagai penjaga stabilitas nasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

29 November 2023

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

Jokowi bangga dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh di kisaran 5 persen. Ia menyebut dirinya memamerkan hal itu kepada kepala negara lain.

Baca Selengkapnya