Putus Kerja Sama dengan Garuda, Sriwijaya Air Tak Punya Bengkel

Senin, 30 September 2019 20:48 WIB

Pesawat Sriwijaya Air tertutupi abu letusan Gunung Gamalama sehingga batal terbang di Ternate, Maluku Utara, 18 Desember 2014. Gunung Gamalama menyemburkan abu vulkanik setinggi 200 meter. TEMPO/Budhy Nurgianto

TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan Sriwijaya Air sampai saat ini belum memiliki bengkel pesawat setelah mitranya, yakni penyedia layanan Maintenance, Repair, and Overhaul atau MRO Garuda Maintenance Facility (GMF), resmi memutus kerja sama. Direktur Teknik Sriwjaya Air Ramdani Ardali Adang mengatakan, setelah putus kesepakatan dengan GMF, Sriwijaya memang telah menjajaki kerja sama dengan PT Jasa Angkasa Semesta (JAS). Namun upaya itu gagal.

“Saya cek dengan JAS udah koordinasi dari dua pekan lalu untuk support (mendukung) tools (suku cadang) kami. Namun JAS tidak bersedia memberikan layanan,” ujarnya Ramdani di kawasan Sabang, Jakarta Pusat, Senin, 30 September 2019.

Ramdani mengatakan saat ini Sriwijaya mengerjakan line maintenance secara mandiri dengan jumlah teknisi terbatas. Ia menjelaskan tiga teknisi yang memiliki kualifikasi andal bisa mengerjakan enam pesawat sekaligus. Komposisi itu tidak ideal.

Selain itu, waktu kerja teknisi melebihi batas yakni mencapai 10-15 jam per hari. Untuk mengisi kekurangan, Sriwijaya juga disebut memanggil tenaga kontrak untuk menggarap perawatan pesawat.

Dalam laporan sebelumnya yang disetor kepada Kementerian Perhubungan, Sriwijaya secara rinci disebut hanya memiliki 50 tenaga. Sebanyak 20 orang merupakan certifying staff, 25 orang lainnya RII dan certifying staff, dan lima orang sisanya memegang management and control.

Advertising
Advertising

“Padahal setiap hari harus ada perawatan. Fungsinya untuk land check,” ucapnya.

Di sisi lain, saat ini Sriwijaya memiliki suku cadang terbatas. Ramdani mengatakan ban pesawat menunjukkan indikasi tidak prima. “Suku cadang sehari-hari untuk routable juga enggak ada. Kami hanya (punya) oli dan ban terbatas, jadi terbatas sekali,” tuturnya.

GMF sebelumnya memutus kerja sama dengan Sriwijaya akibat tunggakan yang belum dibayarkan. Tempo menerima salinan surat bernomor GMf/DB-2070/19 yang menyatakan GMF secara resmi menghentikan layanan perawatan pesawat. Surat itu sekaligus memberitahukan bahwa GMF akan melakukan proses removal atau pencopotan mesin mulai 24 September 2019.

Adapun mesin yang dicopot ialah mesin dengan nomor seri 894798, 896989, 896885, 890430, dan 889508. Dua mesin dipasang untuk pesawat bernomor register PK-CMR, satu mesin untuk pesawat pk-CMQ, satu mesin lainnya untuk pesawat PK-CMO, dan satu sisanya untuk pesawat PK-CLT.

Keterangan surat itu juga menunjukkan alasan pencopotan. Manajemen GMF menyatakan entitasnya belum kunjung menerima biaya sewa dari Sriwijaya Group.

Surat tersebut ditandatangani oleh Direktur GMF AeroAsia I Wayan Susena dan ditembuskan kepada Direktur Utama PT Nam Air serta jajaran Direksi PT GMF AeroAsia Tbk. Tempo telah mengkonfirmasi kepada Wayan melalui telepon dan pesan pendek, namun belum memperoleh respons. Meski demikian, sumber Tempo di GMF yang enggan digamblangkan identitasnya menyatakan kebenaran surat tersebut.

Senior Manager Corporate Governance Sriwijaya Air Pritanto Ade Saputro mengatakan perusahaannya memang memiliki utang kepada GMF. Sebelum menjalin kerja sama manajemen atau KSM dengan Garuda Indonesia, Sriwijaya memiliki utang jangka panjang dengan GMF mencapai US$ 24,3 juta atau Rp 340 miliar.

Sumber Tempo di Garuda Indonesia mengatakan utang perawatan Sriwijaya Air ke GMF lalu bertambah menjadi US$ 560 juta atau Rp 810 milar pada November 2018. Setelah menjalin KSM dengan Garuda Indonesia Group, utang Sriwijaya ke GMF sejatinya disebut telah melorot sekitar 20 persen.

“Sekarang tinggal US$ 50 jutaan,” ucapnya. Bila Sriwijaya ingin bertahan memakai jasa GMF meski sudah putus kerja sama dengan Garuda Indonesia.

“GMF minta uang muka bila mereka diminta tetap melayani Sriwijaya. Tapi sepertinya enggak bisa, karena Sriwijaya cuma punya uang US$ 500 ribu atau cuma Rp 7,5 miliar. Padahal tiap bulan biaya maintenance sekitar US$ 1,8-2,3 juta,” ucapnya.

Tempo telah menghubungi Direktur Komersial PT Sriwijaya Air Rifai Taberi dan Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Adi Willi terkait masalah ini. Namun, keduanya tidak merespons.

Berita terkait

Ngeri, Penerbangan ke Australia Tiba-tiba Anjlok 20.000 Kaki dalam 6 Menit

1 hari lalu

Ngeri, Penerbangan ke Australia Tiba-tiba Anjlok 20.000 Kaki dalam 6 Menit

Maskapai Qantas tiba-tiba terjun bebas dalam waktu enam menit, menambah daftar horor di dunia penerbangan.

Baca Selengkapnya

Traveler Bagikan Tips Menghindari Penerbangan Delay atau Batal

2 hari lalu

Traveler Bagikan Tips Menghindari Penerbangan Delay atau Batal

Menurut studi, lebih dari 80 persen penerbangan yang berangkat dari pukul 6 pagi hingga 9 pagi tepat waktu.

Baca Selengkapnya

Jelajahi Jepang, Wisatawan Indonesia Bisa Dapat Tiket Domestik Gratis dari Maskapai Ini

2 hari lalu

Jelajahi Jepang, Wisatawan Indonesia Bisa Dapat Tiket Domestik Gratis dari Maskapai Ini

Penawaran gratis ini diharapkan dapat membantu mengurangi overtourism atau pariwisata berlebihan di beberapa destinasi terpopuler di Jepang.

Baca Selengkapnya

10 Barang yang Boleh Dibawa dari Pesawat, Masker Mata hingga Piama

10 hari lalu

10 Barang yang Boleh Dibawa dari Pesawat, Masker Mata hingga Piama

Sebagian barang dari pesawat itu hanya bisa sekali pakai atau tidak dapat digunakan bergantian sehingga bisa dibawa pulang oleh penumpang.

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan Ini Larang Penumpang Bawa Koper Hitam, Biru Tua dan Abu-abu

10 hari lalu

Maskapai Penerbangan Ini Larang Penumpang Bawa Koper Hitam, Biru Tua dan Abu-abu

Menurut maskapai penerbangan Ryanair, terlalu banyak penumpang yang membawa koper berwarna senada

Baca Selengkapnya

Kena Teko Panas saat Pesawat Turbulensi, Penumpang Gugat Maskapai Penerbangan

10 hari lalu

Kena Teko Panas saat Pesawat Turbulensi, Penumpang Gugat Maskapai Penerbangan

Korean Air berhenti menyajikan mi instan kepada penumpang kelas ekonomi karena khawatir ada penumpang yang tersiram air panas jika turbulensi.

Baca Selengkapnya

Informasi Penerbangan Member ENHYPEN Bocor, Agensi Tindak Tegas Penggemar Sasaeng

15 hari lalu

Informasi Penerbangan Member ENHYPEN Bocor, Agensi Tindak Tegas Penggemar Sasaeng

ENHYPEN sempat mengalami kesulitan saat ingin kembali ke Korea Selatan usai tampil di CIna, karena ulang sasaeng

Baca Selengkapnya

Cegah Koper Hilang saat Traveling, Informasi Ini Perlu Dicantumkan pada Label Bagasi

15 hari lalu

Cegah Koper Hilang saat Traveling, Informasi Ini Perlu Dicantumkan pada Label Bagasi

Jika koper itu nyasar atau hilang, petugas penerbangan bisa mengembalikan ke pemiliknya berdasarkan informasi di label bagasi.

Baca Selengkapnya

Tiga Fasilitas Penting Bagi Wisatawan saat Memilih Maskapai Penerbangan

15 hari lalu

Tiga Fasilitas Penting Bagi Wisatawan saat Memilih Maskapai Penerbangan

Menurut studi terbaru ada tiga hal yang menjadi prioritas utama bagi wisatawan saat memilih maskapai penerbangan

Baca Selengkapnya

Eks Presiden Korea Selatan Terjerat Kasus Nepotisme Carikan Jabatan untuk Menantu, Ini Profil Moon Jae In

16 hari lalu

Eks Presiden Korea Selatan Terjerat Kasus Nepotisme Carikan Jabatan untuk Menantu, Ini Profil Moon Jae In

Mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae In menjadi tersangka karena membantu menantunya meraih posisi strategis di perusahaan penerbangan.

Baca Selengkapnya